Aku selalu mencemburui kebahagiaan orang lain, meskipun sebenarnya aku punya alat yang sama untuk bahagia. Aku cemburu bukan karena sebab orang tersebut bahagia, tapi aku mencemburui perasaan bahagia itu sendiri.
Bayangkan saja, aku tetap bisa sedih, menangis dan frustasi meski diberi hadiah. Meski diusahakan bahagia. Dll. Rasanya ingin mengutuk diri sendiri, rasanya tidak pernah puas sama diri sendiri, tidak pernah cukup terhadap diri sendiri. Namun jika ditanya maukah aku bertukar hidup dengan orang lain ? Jawabannya, tidak. Aku sepertinya lebih memilih berhenti (hidup) saja.
Aku melewati banyak sekali fase fase depresi, sungguh perasaan ini sangat menyiksa. Rasanya sakit, sakit, dan sakit tapi gak pernah tau rasa sakitnya letaknya dimana. Mau beli obat gatau apa obatnya. Solat- solat sunnah?, dzikir pagi petang ?, Sungguh aku meyakini, tidak bermaksud untuk skeptical terhadap hal-hal tersebut, tapi percayalah, aku sedang depresi, aku butuh 'obat' ;-(
Kalau kamu tanya aku depresi karena apa ? Banyak hal yang sudah menyebabkan aku depresi, Jika aku jabarkan semua disini hanya akan merembet kemana2 karena benang merahnya terhubung beribu-ribu kilo meter dan kusut didalam otak dan batinku. Benang merahnya terajut disepanjang kehidupanku. Segala perubahan perasaan dimasa lalu, tumbuh di keluarga yang kurang fungsional, tertekan karena orang2 terdekat, merasa diabaikan, merasa tidak berharga, dll.
Depresiku memburuk semenjak aku hamil dan melahirkan, gelombang hormon kehamilan seolah menolakku menyimpan luka-luka seumur hidupku. Dia memberontak, membuncah, dan tidak bisa tertahankan lagi.
Masalah hidup yang ada kala itu terasa berat sekali diiringi gejala depresiku, rasanya aku tenggelam, sesak dan mataku tidak dapat menembus cahaya. Tapi Tuhan memberiku malaikat melalui sosok suamiku. Dialah jawaban doa doaku dimasalalu. Dia menjadi tempat yang aman dan pelukannya tempat yang hangat dikala aku kesakitan menghadapi masalah-masalah baru dan luka-luka lama yang membuncah, pecah, dan tumpah ruah.
Aku merasa gagal tumbuh sebagai seseorang. Aku memiliki kesalahan dan ketidak sempurnaan hidup dimasa lalu yang menjadikan aku sekarang. Tapi Tuhan memberiku kesempatan untuk berdaya dan berproses. Dulu aku selalu merasa sendiri, merasa tidak diterima, Tuhan ganti semua utu dengan sosok suamiku. Namun ujian gak serta merta berhenti, aku depresi, aku sedang tenggela, aku tidak menyadari semua kebaikan semesta tersebut.
Aku memutuskan pergi menemui psikolog dan psikiater setelah 5 tahun menikah dan gejala semakin buruk meskipun hidup kami sedang baik-baik saja. Aku tidak ingin suamiku meninggalkan aku karena ketidak sempurnaanku ini. Aku bangkit dan melangkahkan kaki dengan keyakinan, aku tidak akan menularkan luka-luka dan sakitku pada siapaun, terlebih suami dan anakku.
Tuhan berikan aku 1000 kebaikan, jika aku pun mengusahakannya dengan 1000 kebaikan juga.
Tanggal 12 Oktober 2024, pertama kali aku menemui Dokter Djoko Wiyono, Sp.K.J, diawal pertemuan tersebut dokter Djoko langsung memberikan aku diagnosa F31 (Bipolar Affective Disorder)....
Lanjut bagian tiga...
Komentar
Posting Komentar