Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Sang Bulan

Sore tadi aku pergi keluar, Membawa hati untuk sekedar mencari-cari. Dan baru kembali ketika langit gelap. Malam ini langit tak berawan. Cahaya bulan tertangkap mataku tanpa halang. Hanya saja aku sedang mengendarai sepeda biruku, terselip diantara berbagai macam kendaraan lain. Bukan maksudku tak ingin menatap bulan. Tak rela rasanya dianggap cuek oleh bulan. Bawalah aku merasa dekat dengan bulan. Mungkin aku saja yang terlalu lama terkurung didalam tembok putih. Lama tak menyapa warna warni. Wajar hatiku dirundung sepi. Tapi entahlah, mengapa engkau yang bergelantungan di atas ubun-ubun ku. Engkau, sang bulan. Kesepian. (28/05/2015)

KAU

Berdiri sosok ditepi pintu, berdiri membelakangiku. Hitam bayangan dibelakang pijakanmu. Hanya dapat kusawangi punggungmu. Kau, Diujung pintu dengan cahaya terang. Aku ingin melihat cahaya. Namun ku tak sanggup berjalan mencapai pintu, Merangkak pun ku tak sanggup. Kakiku terikat beban berat, begitu berat. Ah! Sial ! Cahaya itu terhalang oleh punggungmu, dan aku tetap tiarap sambil memperhatikan bayangan hitammu. Dan kau tetap terpaku. Tak kumengerti apa maksudmu. Kemudian... Ah! Kau ! Kau yang kusebut dengan 'kau'. Kau ternyata sebuah cermin cermin yang hanya dapat kulihat dengan akal penuhku. Yang hanya dapat kulihat ketika ego jiwa kupadam. Yang hanya dapat kurasa ketika cahaya tak tertangkap mata. Yang hanya dapat ku renung dengan hati yang tenang. Kau. Kau yang berada diujung pintu, berdiri membelakangiku. Ya, kaulah diriku. Kaulah jasadku. Terpaku diantara masa lalu dan masa depanmu. Terpaku oleh teka teki akan dapatkah kau menjadi pemilik c

MENCARI HIKMAH

Duhai malam, peluk aku dalam kenikmatan sepimu. Panggil rasa ku untuk hadir dan berbincang dengan pucuk akalku. Duhai malam, peluk aku dalam kehangatan heningmu. Bangunkan batinku untuk menyapa cahaya Agung, yang terselip bersama rahasia-rahasiaku didalam bathinku. Langkah kakiku kuyakini bukan diriku sendiri yang menentukan. Meski aku melangkah dengan segala egoku. Ibarat kereta yang berjalan sesuai relnya. Tak jarang temukan rel berkarat atau lepas bautnya. Aku berlari dengan rasa yang mungkin salah. Mungkin juga benar. Tapi aku tak tau baiknya aku melangkah kekanan atau kekiri. Dan aku mulai mencari, mencari hikmah dari perjalanan ini. Engkau salah satu yang berpengaruh bagiku. Mungkinkah Tuhan yang ingin kita tuk bertemu ? Dan mungkinkah Tuhan yang takdirkan untuk kita bersama belajar, meski berangkat dari hal yang salah. Atau mungkinkah Tuhan yang kirimkan sayatan yang melukai hatiku juga hatimu? Sungguh binar mata dan kulit emasmu tak dapat kuhapus dalam in