Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2022

Kehilangan Diri (Part2) : Baby Blues

"aku kangen sama kamu, pengen dipeluk" "aa sini dikamar aku pengen ditemenin, jangan jauh-jauh" "aku sedih banget, perasaan aku sedih banget" "sesak banget dada aku, aku rasanya sedih banget, aku maunya nangis terus-terusan"  Begitu kata-kata yang keluar dari mulutku setiap hari selama 2 minggu berturut-turut setelah aku melahirkan. Nyeri yang bersisa di area vaginaku setiap hari rasanya membuatku semakin sedih. Belum lagi terlalu banyak aturan-aturan mitos ala jaman dulu yang membuat aku tambah tertekan. Gak boleh menekuk kaki. Gak boleh jongkok. Harus begini, harus begitu, membuatku benci pada diriku sendiri. Aku benci karena aku merasa kenapa aku harus melakukan semua itu, yang tidak masuk pada logikaku. Aku menjadi cemburu pada bayiku, aku merasa dunia tidak adil, dunia lebih peduli pada bayiku dari pada aku yang sakit setelah melahirkannya. Aku menjadi benci pada banyak hal, bahkan hari-hari pertamaku sebagai ibu. Aku benci saat

Kehilangan Diri (Part 1) : Berhenti Kerja

Jujur, aku masih butuh pekerjaan itu dulu, namun aku sudah tidak kuat karena sudah ada indikasi dibuat untuk resign. Hari demi hari semakin terasa seperti di neraka. Padahal, gajinya lumayan untuk aku menabung, dan untukku kontrol behel, dan mempersiapkan perlengkapan bayi. Jujur, masih sangat butuh pekerjaan itu. Sore itu, aku pulang ditengah gerimis, dengan mual diperutku karena hamil muda. Aku menangis disana, disepanjang jalan puri indah - srengseng menuju kost-kostan ku yang berlokasi di Kebon Jeruk. Menangis dan mengucapkan banyak doa dan harapan disepanjang jalan, aku yang masih ingin menerima gaji setiap bulan terpaksa harus kehilangan penghasilan. Hari-hari terasa sangat lambat, aku banyak tidur saat itu, untuk melupakan perasaan dan masalah. Tidak jarang masih dihubungi teman mengenai pekerjaan, benci rasanya. Saking sedihnya, disetiap tidur aku masih memimpikan masa-masa aku bekerja dan bercanda dengan teman-teman. Aku selalu bangun dengan perasaan mendung. Merat