Gak pernah menyangka, tinggal dirumah orang tua setelah menikah ternyata menjadi seperti dineraka. Ternyata benar kata kebanyakan orang kalau sudah menikah harus misah dan tinggal dirumah sendiri.
Februari 2021, saat itu usia Inara 5 bulan, dan genap sudah 6 bulan aku dan suamiku tinggal dirumah orang tuaku. Sudah mulai banyak gesekan antara aku dan orang tuaku, rasanya gak enak banget, aku sering kangen sama kost Haji soleh, selain tempatnya nyaman, tapi juga tentram karena segala yang ada dikost tersebut adalah kehendakku, beda dengan tinggal dirumah orang tua, apa yang ada itu kehendak orangtua, kita cuma numpang.
Saat itu suamiku masih menganggur karena musim covid. Karena sudah mulai banyak gesekan dengan orang tua, kami memberanikan diri mencari kontrakan dan kebetulan sahabatku memberi info kontrakan baru didekat rumah ibunya.
Saat itu suamiku sedang isolasi mandiri di kediaman orang tuanya di Anyer. Dan aku pergi survei melihat kontrakan sendiri.
Kontrakannya masih baru, lingkungan bersih, ada 2 type kontrakan. Ada yang jendela kamarnya keluar, ada yang kamarnya didalam (tidak ada jendela). Kontrakan itu mirip cluster dengan pagar sendiri, tiap malam pagar digembok, jadi motor diparkir didepan pintu kontrakan kamipun insyaAllah aman. Aku buru2 memberi uang DP sebagai tanda jadi, aku pilih yang kamarnya ada jendela keluar. Meski kontrakan ini lebih sempit dari pada kost Haji soleh, tapi aku suka karena bersih dan bangunan baru. Harganya juga murah, 1,2jt/bulan sudah termasuk air. Listrik bayar sendiri.
Saat itu aku dan suamiku memberanikan diri belanja perabotan rumah tangga. Kami membelanjakan sebagian uang tabungan kami untuk belanja perabotan rumah tangga seperti mesin cuci, kulkas, springbed, lemari piring, dll. Suamiku saat itu baru dapat tawaran interview di salah satu PH Besar di Jakarta. Kami berkeyakinan bahwa rejeki selalu menyertai, meski pandemi masih mewabah, kami tetap berpositif bahwa kami bisa melaluinya.
Tidak lama kami tinggal dikontrakan baru alhamdulillah suamiku diterima kerja di salah satu Production House (PH) besar di Jakarta. Dengan diterimanya suamiku di PH tersebut, kami memulai hidup baru ditempat tinggal yang baru, harapan baru, dan semangat baru.
Selama tinggal di Kontrakan Ibu Uci, aku cukup betah dan nyaman. Meski beda dengan kost Haji soleh yang bisa nyalain AC sepanjang hari, di Kontrakan Ibu Uci aku harus belajar menghemat listrik hehe...
Aku bersyukur karena perabotan rumah tanggaku lengkap dan aku bisa kerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Untuk menghemat pengeluaran dan lebih banyak menabung, aku selalu berusaha mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri, mencuci, menyetrika, memasak, dll.
Kira-kira hampir 2 tahun aku tinggal di kontrakan Ibu Uci. Awalnya masih gak menyangka akan memutuskan pindah dan membeli rumah pribadi secepat ini. Banyak sekali kenangan dikontrakan Ibu Uci, mulai dari aku yang mulai stress karena suamiku sering pulang kerja tengah malam, kesepian, hingga mengurus Inara yang sakit dan kejang ðŸ˜
Aku banyak bertumbuh disuatu tempat, baik secara fisik, juga psikis. Pernah aku berteriak dan marah pada suamiku yang sangat sibuk kerja, aku minta di temani kesuatu tempat belum juga ditemani karena dia masih sibuk kerja. Aku rasa tetanggaku mendengar teriakan dan tangisanku, karena dinding kontrakan kami tidak double dinding, dan terkadang suara masih tembus.
Tiba pada awal Desember 2022, aku memutuskan untuk pergi dan pindah dari kontrakan Ibu Uci...
Terimakasih untuk waktu hampir 2 tahunnya...
Terimakasih sudah menjadi tempatku berteduh, dan menepi dengan tangisku ditengah terik dan hujan. Aku tulis disini untuk kubaca dimasa depan...
Komentar
Posting Komentar