Langsung ke konten utama

Rumah (Part 1) : Kost Haji Soleh


Sebulan sebelum hari akad, aku dan calon suamiku mulai survei2 kostan atau kontrakan untuk kami tinggal setelah akad nanti.
Kami berdua mulai mencari kost atau kontrakan didaerah Kebon Jeruk, karena bagi kami, disana letaknya strategis untuk ke daerah Jakarta Barat (tempat kerjaku), dan daerah Jakarta Selatan (kebanyakan urusan suamiku didaerah Jakarta Selatan).
Beberapa tempat kost dan kontrakan petak kami datangi.
Kami auto blacklist tempat-tempat yang kumuh. Aku gasuka kontrakan atau kost kumuh, mengingatkan waktu dulu kuliah ngekost dikost-an kumuh dan aku gamau lagi tinggal ditempat kumuh.

Ternyata usaha kami mencari tempat kost yang cocok belum membuahkan hasil saat itu.
Tiba hari pernikahan kami, akhirnya kami memutuskan untuk tinggal dirumah orang tuaku dulu hingga menemukan kost yang cocok untuk kami.
Saat itu, suamiku masih mengerjakan projek dari rumah, sebenarnya aku sedikit kasihan karena harus meninggalkan dia dirumah orang tuaku selagi aku pergi kerja kekantor. Pasti baginya kurang nyaman harus tinggal dirumah org tuaku atau mertuanya.

Akhirnya kami menemukan kost yang cocok, aku dan suamiku sepakat setelah survei dan melihat langsung keadaan kamarnya.
Kamarnya luas sekali, ada satu lemari besar berpintu 3. Dengan jendela-jendela besar menghadap ke timur. Sudah tersedia kasur queen lengkap dengan dipan, bantal, guling, dan mattrasnya. Kamar mandi berada diluar kamar tapi kamar mandi tersebut hanya kita yang pakai, seharusnya kita sharing kamar mandi dengan 1 kamar lagi, tapi karena kita penyewa suami istri jadi pemilik kost tidak menyewakan kamar tersebut, demi privasi antara laki-laki dan perempuan, jadi kita gak perlu sharing kamar mandi. Disana juga tersedia AC yang boleh dinyalakan 24/7,hehe. Ada wifi gratis, dan juga air minum gratis. Harga sewanya 2jt perbulan, sudah termasuk listrik dan air.

Harga tersebut terbilang murah dengan berbagai fasilitas yang kami dapatkan. Kami gaperlu beli perabotan rumah tangga tinggal huni aja udah beres. Ohiya ada Kulkas juga tapi sharing hehe. Kulkasnya sering penuh sih hiks tapi lumayan lah bisa nyimpen buah.

Aku tinggal disana kira2 10bulan lamanya. Karena dikost tersebut tidak memperolehkan ada bayi, jadi aku pindah lagi kerumah orang tuaku saat anakku lahir.
Akhirnya aku dan suamiku melewatkan banyak momen disana, aku pernah sakit saat itu suamiku urus saat kita tinggal disana. Aku dan suamiku juga melalui masa covid disana, setiap pagi kita berjemur, dan aku banyak kontrol hamil di klinik dekat kost. Tempatnya sangat strategis jujur aku nyaman sekali tinggal disana.
Hingga aku pun melahirkan diklinik bidan dekat tempat kost ku.

Waktu usia kehamilan ku memasuki usia 9 bulan kita memutuskan untuk pindah lagi kerumah orang tuaku. Ada perasaan sedih dan hampa, meninggalkan kamar kost itu, karena aku sangat nyaman tinggal disana, dibanding dengan kamar lamaku hehe.
Kamarku sempit, dan gerah, akhirnya aku pasang AC untuk dikamar ku karena ga kuat gerah.
Suka berandai2 andai punya rumah sendiri ditempat yang nyaman kamar yg luas dan jendela yang lebar. Karena kamar lamaku dirumah orang tuaku tidak ada jendelanya, dan lokasi dipinggir jalan jadi sangat berisik dan berdebu.

Aku berterimakasih pada suamiku, walau apapun yang terjadi, dia tetap berusaha menafkahi ku dengan baik, memberiku tempat tinggal yang baik, dan memastikan aku nyaman.

Mungkin ini menjadi sedikit inspirasi untuk kamu yang baru menikah, gaada salahnya tinggal dikamar kost dulu saat belum mampu beli perabotan rumah tangga. Kost dengan full furnish seperti Kost Haji Soleh sangat membantu aku dan sangat nyaman buatku kala itu.
Harga pun menurutku cukup murah.

Kalau kamu, pilih tinggal dirumah orang tua?
Kost full furnish, kontrakan petak, atau langsung beli rumah?

(April, 2023) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran

Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah

(essay ini saya tulis dalam memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam) Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah ( Irma Ayu Sawitri – 1113015000092 – irma.ayus13@mhs.uinjkt.ac.id ) Syura             Kata syura memiliki pengertian yang sangat beragam. Sesungguhnya istilah syura berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Pendapat yang lain mengatakan pula bahwa syura memiiki kata kerja syawara-yusyawiru  yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan untuk mengambil sesuatu. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna Syura adalah suatu proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas antara pemimpin dengan rakyat. [1]             Secara istilah penggunaan kata   syura menga