Langsung ke konten utama

Ulang Tahun Pernikahan yang Ke-3


-(Oktober 2022)-

"Tara, happy anniversary", kata papa Andri

"Hah, ohiya aku lupa",

"Sini-sini aku punya muffin, sini sini kita tiup lilin, happy anniv ya mama", kata papa Andri

Pukul 00:30 dini hari suamiku baru sampai rumah, Inara sudah terlelap dan aku selalu tidak bisa tidur sampai dia sampai rumah. Aku benar-benar lupa bahwa hari itu hari pernikahan kita yang ke 3 tahun. Jujur, terharu melihat suamiku pulang membawa muffin Mcd dengan lilin. Aku gak peduli apa yang dibawa, tapi aku tau dia tulus dan berusaha.

Memasuki tahun ke 3 pernikahan kami, kami baru saja mengambil keputusan besar dalam sejarah pernikahan kami, yaitu memutuskan untuk KPR. Berat, dan keputusan yang sangat membutuhkan pertimbangan yang luar biasa besar ini akhirnya kami ambil sebagai langkah besar, strategi, dan sebagai perwujudan niat baik kami agar kelak kami bisa punya rumah untuk tempat anak2 kami bernaung, tumbuh, dan menjadi tempat mereka pulang.

-(April 2023)-

Dihari ulang tahun ke 3 pernikahan kami, kami mengalami banyak ujian, mulai dari Inara yang sakit 2 bulan berturut-turut hingga opname di Rumah Sakit pada Agustus & September 2022. Papa Andri kecelakaan di jalan saat pulang kerumah sepulang kerja pada Oktober 2022, hingga papa Andri kehilangan pekerjaan (PHK) pada November 2022 lalu. 

Keluhanku tidak terbendung saat itu, setiap hari kuisi dengan mengeluh, ketakutan, & menangis. Aku merasa takut, dan semuanya terasa berat. 

Jadi begini menikah? 

Aku nyesel deh dulu sempat mikir, pengen cepet-cepet nikah aja, hehe

Ternyata, menikah itu berat dan tanggung jawabnya besar sekali.

Aku gak pernah menyangka sebelumnya, menikah harus menghadapi semua ini. Aku yang cengeng, dipaksa harus menjadi orang dewasa yang tangguh, mampu, dan bermental sekuat karang. 

Akhirnya aku merasakan kembali mendampingi suami yang sedang di uji karir & pekerjaannya. Ujian juga bagiku yg hanya Ibu Rumah Tangga, tidak bisa menghasilkan uang sebanyak yang suamiku bisa. 

Ketakutanku menerawang jauh setiap hari, khawatir anakku sakit, khawatir gak bisa belikan dia susu, hingga khawatir soal cicilan rumah. Semua kekhawatiran dan kekecewaan yang menempa hatiku rasanya terlalu penuh dan aku tidak mampu membendung lagi, rasanya aku dan keluh kesah bersahabat karib. 

"Kamu percaya kan sama aku? Percaya kan? "

Begitu kata suamiku tatkala aku menangis ketakutan, dia menatapku, dan berkali-kali bertanya, "kamu percaya kan? "

Begitu cara dia meyakinkan aku menghadapi ujian ini. Aku beruntung sekali menikah dengan sosok sepertinya... 

Hari-hari berlalu, ternyata kami bisa bertahan, kami bisa berdiri dengan kaki kami sendiri, kami bisa saling menguatkan. Dan aku, yang hanya Ibu Rumah Tangga ternyata bisa membantu sedikit perekonomian dengan kerja freelance sebagai digital konten marketing, & admin media sosial. Aku berterima kasih sekali dengan kak Wit yang sudah memberiku kesempatan dan kepercayaan untuk memberikan media sosial usaha Spanya padaku. Karenanya, aku tetap bisa bayar wifi, beli susu, beras, ayam, telur, dan kebutuhan dapurku sehari-hari.

Masih ingat kasus covid dan kasus baby blues yang aku alami di tulisan ku yang dulu? 

Iya, tahun pertama pernikahan suamiku pun menganggur 😅 setahun pertama dari hamil hingga anak kami lahir kami hanya mengandalkan tabungan, dan tidak ada pemasukan karena produksi film terbatas sekali bahkan vacum. 

Ujian kali ini membuatku agak trauma karena sudah pernah aku rasakan sebelumnya, tapi aku yakin sekali akan ada hikmahnya, dan saat aku menuliskan ceritanya disini, aku sudah menemukan jalaan keluar, sehingga yang terasa adalah hikmah dan damai bukan lagi sekedar keluhan.

Berkali-kali aku bilang aku lelah, tapi gak pernah mau putus asa. Aku yakin, setiap orang punya ujian dalam biduk rumah tangga masing-masing. Dan ini adalah ujian untukku. 

Beranjak memasuki tahun ke 4 pernikahan aku banyak berdoa, dan aku belajar, bahwa apa yang aku miliki kini bukan sepenuhnya milikku, dan tidak semua hal bisa aku kendalikan. Sedangkan Tuhan dan Alam Semesta-Nya pun ikut bekerja membersamai ku berproses menjadi manusia Dewasa... 

Dear, suamiku... Maaf ya, aku banyak sekali salah... Maaf aku belum dewasa dalam menjalani peran ku sebagai istri dan ibu. Aku akui, aku banyak salahnya dan aku belajar banyak hal tentang sabar dan menerima darimu. 

Allah memang jodohkan kita untuk saling melengkapi kekurangan dan kelebihan yang kita punya, dan kamu ada disini melengkapi kealfaanku hingga menjadi penuh. 

2019 lalu saat kita menikah, aku yakin kamu yang terbaik yang Tuhan gariskan untukku, dan aku bersyukur aku tidak salah dengan perasaanku... 

Aku mau menua bersama denganmu, membimbing, mengasuh, dan melihat anak-anak kita dewasa bersama2, hingga kelak kita menjadi debu, aku bersumpah akan selalu ingin ada bersama dengan roh mu pada waktu dan ruang yang tidak terbatas... 

(April 2023) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran

Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah

(essay ini saya tulis dalam memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam) Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah ( Irma Ayu Sawitri – 1113015000092 – irma.ayus13@mhs.uinjkt.ac.id ) Syura             Kata syura memiliki pengertian yang sangat beragam. Sesungguhnya istilah syura berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Pendapat yang lain mengatakan pula bahwa syura memiiki kata kerja syawara-yusyawiru  yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan untuk mengambil sesuatu. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna Syura adalah suatu proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas antara pemimpin dengan rakyat. [1]             Secara istilah penggunaan kata   syura menga