Langsung ke konten utama

Ibu, Ibarat Karya Seni

Pertama kali menjadi ibu, adalah perasaan paling abstrak yang pernah aku rasakan. Terlalu banyak yang harus aku relakan, aku perjuangkan, dan terlalu banyak yang harus aku pelajari. Menjadi ibu tidak semudah itu, dan menjadi ibu tidak sesepele itu. Menurutku, menjadi ibu adalah hal yang paling harus kita persiapkan, tapi kita lupa persiapkan. Apasih yang kamu persiapkan ketika ingin menikah ? Mengikuti konseling ? Membaca buku-buku parenting ? Konsultasi dengan psikolog? Mempelajari kembali ilmu reproduksi ? Seberapa banyak usaha yang sudah kamu luangkan untuk mempersiapkan diri menjadi seorang istri dan ibu ? Menjadi ibu biasanya dianggap sepele, hadirnya seorang anak menjadi tuntutan hasil dari hubungan seksual suami dan istri. Padahal, menjadi ibu tidak semudah itu, dan kita perlu ilmu.

Tidak perlu menjadi tenaga kesehatan untuk sekedar tau ilmu dasar kesehatan ibu dan bayi, tidak perlu menjadi guru untuk sekedar bisa menstimulasi tumbuh kembang anak, tidak perlu menjadi manajer, untuk sekedar bisa memanajemen keluarga. 

Banyak yang sudah aku pelajari untuk diriku sendiri sejak aku hamil hingga kini mengasuh Inara yang usianya menginjak 2 tahun, tapi ternyata hal tersebut tidak pula menjadikan aku ibu yang baik dan sempurna. Namun terkadang antara ibu satu dan ibu lainnya saling mengadu, bahwa karya mereka paling baik diantara yang lain tanpa melihat sudut pandang yang lain. Aku tidak suka mengomentari orang lain, dan aku juga tidak terima atas komentar orang lain terhadapku bila dasarnya tidak sesuai.

Saat aku memilih melahirkan Inara secara normal, entah mengapa aku merasa sendirian, karena sekarang ini, melahirkan normal itu perbandingannya 5:2, dalam 5 orang secara operasi caesar, ada 2 orang melahirkan normal. Aku pernah sakit hati ketika ada seseorang bicara kalau Vaginanya tetap seperti perawan karena tidak pernah ia gunakan untuk melahirkan pervaginam, sedangkan aku masih meringis mengingat perjuanganku melahirkan normal dengan banyak luka robekan.

Aku juga tersinggung ketika ada yang bertanya, "dapat berapa jahitan?" apa pentingnya informasi tersebut jika memang aku berikan ? Apa ingin mengukur kesaktian dan kehebatanku dengan tau berapa banyak jahitan ?

Aku banyak berusaha untuk bisa melahirkan pervaginam. Namun ketika aku berhasil melahirkan, ternyata banyak ibu-ibu yang gamau kalah adu pengalaman, dan merasa dirinya lebih baik, hal tersebut jujur melukai aku.

Ketika itu, keadaan suamiku yang sedang menganggur tidak punya penghasilan, tidak juga punya asuransi kesehatan, membuatku bertekad melahirkan secara normal. Menurutku, tubuh ku sudah dirancang untuk melahirkan. Dan menurutku, melahirkan normal adalah yang terbaik.

Aku gak mau melahirkan caesar dengan bantuan BPJS karena aku percaya issue kalau obatnya beda, hehe. Maka aku berusaha keras untuk mencapai tujuanku untuk melahirkan normal.

Dua minggu sebelum lahiran, posisi bayiku belum ideal. Aku melakukan semua saran dari bidan kesayanganku, aku yoga, jalan cepat, dan lain lain, tiada hari tanpa usaha dan doa, sampai aku merasa frustasi dan lelah.

Dengan air mata dipipi, aku mulai ikhlas, apapun caraku melahirkan nanti. Tabungan yang saat itu pas-pasan terpaksa harus kami ikhlaskan dulu untuk perencanaan operasi caesar kalau-kalau aku ternyata gak bisa melahirkan normal. Aku mulai mencari referensi rumah sakit dan Budget melahirkan secara caesarian. Informasi yang sudah aku cari kira-kira jumlah biaya kisaran 20jutaan untuk operasi caesar di rumah sakit swasta type A dan B. Aku tau, operasi Caesar merupakan operasi besar, dan bukan main2, aku ingin merasa nyaman dan tenang, maka aku cari referensi rumah sakit yang kukira baik.

Selagi itu, aku masih mengikuti saran bidanku, bidan yang aku cari juga bukan bidan kecil, means aku mencari yang terbaik bagiku. Klinik Bidan Iin besar dan pelayanannya bagus. Nyaman sekali konsultasi dengan bu bidan Iin, beliau memberiku banyak saran yang sangat membantu proses kelahiranku.

Perjuanganku melahirkan yang berat membuat aku mudah tersinggung bila ada orang lain yang berusaha ingin menyaingi atau menjatuhkan. Belum lagi aku mendapat banyak robekan alami saat melahirkan, rasanya luar biasa, tapi aku bersyukur, karena gak jadi keluar uang 20jt untuk melahirkan, yang mana uang itu bisa buat kita melanjutkan hidup, untuk beli popok, dan makan sehari-hari. Karena ketika itu suami masih menganggur dampak covid. Bisa bayangin gak ? Stressnya gimana...

Well, aku mengetahui sedikit pengetahuan mengenai vagina. Terlepas perempuan melahirkan pervaginam atau operasi, otot vaginanya akan berpotensi kendor karena otot pelvic floor yang juga ikut melemah karena kehamilan dan bertambahnya usia. Buat ibu-ibu yang gapernah melahirkan pervaginam, juga disarankan untuk latihan kegel, guna melatih otot pelvic floor-nya. Vagina terdiri dari otot yang bisa dilatih, jadi jangan khawatir kendor karena bisa dilatih, sama seperti otot perut, otot lengan, dll

Jujur, aku tidak pernah menyiapkan diri menjadi ibu sebelumnya. Aku banyak berdosa dengan ibuku sendiri, dan berpikir bahwa menjadi ibu hanya konsekuensi dari pernikahan dan berhubungan seksual, ternyata tidak. Ternyata, menjadi ibu adalah proses paling sulit yang pernah aku lalui. Dititik ini aku merasa banyak berdosa pada ibuku. Setelah menjadi seorang ibu, aku jadi tau bahwa setiap ibu ibarat karya seni, abstrak dan indah, mereka adalah karya dengan caranya masing-masing. Berbeda-beda tapi tetap indah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran

Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah

(essay ini saya tulis dalam memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam) Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah ( Irma Ayu Sawitri – 1113015000092 – irma.ayus13@mhs.uinjkt.ac.id ) Syura             Kata syura memiliki pengertian yang sangat beragam. Sesungguhnya istilah syura berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Pendapat yang lain mengatakan pula bahwa syura memiiki kata kerja syawara-yusyawiru  yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan untuk mengambil sesuatu. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna Syura adalah suatu proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas antara pemimpin dengan rakyat. [1]             Secara istilah penggunaan kata   syura menga