Mungkin, aku sering menjadi orang yang kufur terhadap nikmat. Banyak kebaikan-kebaikan semesta yang aku lupakan, ketika aku menemui susah.
Ntah, apa Tuhan mengampuniku atau tidak. Tapi jauh dalam batin aku sudah mengakuinya.
Baru siang tadi, Inara tertawa terbahak. Bukan yang pertama kali, tapi kali ini yang terpanjang yang pernah dia lakukan.
MasyaAllah, aku hampir meneteskan air mata haru. Betapa waktu sudah benar-benar berlalu. Inara yang dulu tumbuh didalam diriku, bergantung pada kerja tubuhku, kini ia semakin banyak memiliki mampu.
Betapa Tuhan ingin menunjukkan padaku akan kekayaan yang Dia limpahkan padaku. Kejadian besar yang dikirim melalui hidup Inara padaku. Seharusnya mampu membuatku belajar materi-materi kehidupan yang baru.
Iya, tawa Inara adalah keindahan yang mampu menyejukkan batinku yang keruh.
Tawa Inara adalah anugerah yang akan aku syukuri seumur hidup.
Bayi kecil yang kemarin susah payah aku lahirkan, tiada hentinya kudoakan dan kumohonkan segala kebaikan untuknya.
Memaksa Tuhan mendengar gemuruh hati yang terkubur sunyi.
Tumbuh kuat dan sehat anakku.
Tawamu terasa syurga bagiku.
Komentar
Posting Komentar