Dulu, saya berpikir saya seorang introver. Malas bergabung dengan banyak orang. Senang menyendiri. Senang dengan buku, dan film, menutup diri dari pergaulan.
Dulu, saya kenal sama orang yang udah bikin saya segitu tertutup. Yah, bisa dibilang saya korban PHP.
Sedikit banyak saya menyesal, kenapa gak dari dulu saya sadar kalau saya sebenarnya adalah seorang ekstrover. Kalau saja saya sadar sedari dulu, mungkin sudah banyak pengalaman yang saya dapatkan. Hiks.
Menjadi kupu-kupu saat kuliah adalah salah satu penyesalan saya.
Dipenghujung kuliah saya mulai banyak mengajar les. Disitu saya mulai merasa nyaman bertemu dengan banyak orang baru dan berinteraksi dengan banyak murid.
Setiap kali ingin mengajar, saya merasa senang dan excited. Karena ingin bertemu dengan siswa-siswa saya.
Setelah itu, saya bekerja sebagai Marketing Komunikasi di sebuah brand kosmetik lokal, 'Madame Gie'. Sebagai brand baru, dan perusahaan yang masih belum settle. Disana saya mengerjakan banyak hal, dan saya berinteraksi dengan banyak orang diluar. Dengan banyak pihak saya berinteraksi dan saya juga bertanggung jawab atas banyak hal tersebut. Ternyata, interaksi dengan banyak orang tersebut membuat saya nyaman dan percaya diri.
Disana juga banyak teman-teman yang solid. Hal tersebut mengisi hari-hari saya setiap hari. Meskipun bekerja dengan banyak tekanan dan masalah. Namun, bertemu, berkumpul, dan berinteraksi dengan teman, membuat saya merasa lebih baik dan merasa lebih nyaman.
Setelah saya memutuskan untuk resign, kemudian 2 bulan setelah saya resign muncullah pandemi Covid. Ditambah sedang hamil. Saya sering merasa kesepian, merasa tidak tau harus melakukan apa, kehilangan semangat, kehilangan antusiasme.
Hal yang membuat saya happy hanya ketika saat saya melakukan pemeriksaan kehamilan. Setelah itu saya menjadi antusias mengerjakan pekerjaan rumah seperti beres-beres dan memasak.
Sisanya, saya banyak tidur karena dengan itu saya bisa melupakannya segala kegelisahan saya.
Sebagai seorang ekstrover. Hal tersebut sangat membuat saya tidak nyaman. Dirundung kegelisahan hampir setiap hari. Saya merasa kurang bahagia. Karena saya pun gak bisa keluar karena harus karantina mandiri selama PSBB. Ditambah lagi sedang hamil.
Beruntung saya punya suami yang sabar. Meski mood dan emosi saya ini bergejolak seperti badai. Dia tetap lapang untuk memaklumi saya.
New normal dimulai. Banyak harapan baru dimulai. Namun pandemi belum usai.
Setelah melahirkan ada gelombang emosi dan mood yang baru. Saya lebih bersemangat untuk merawat diri. Saya tidak menjadi sering ngantuk lagi. Saya mulai ingin berdandan lagi.
Namun, kegelisahan masih ada. Saya masih belum bisa bebas keluar rumah.
Baju baru, lipstik baru, makeup baru yang saya beli karena mood. Saya gak bisa pakai. Karena males kalau make-up hanya dirumah saja. Maunya pergi nongkrong jalan-jalan, hiks.
Semoga pandemi ini segera berakhir.
Kesehatan mental saya ditempa selama pandemi ini.
Segala kekhawatiran dan kegelisahan melingkupi saya. Hampir setahun ini membuat saya merasa hidup didalam lubang yang gelap.
Semoga pandemi ini segera berakhir.
Komentar
Posting Komentar