Langsung ke konten utama

Menikah (Part 3) : Awal Dari Penerimaan

Wabah Covid-19 banyak mengubah rencana kita, sebagai manusia biasa kita banyak tersadar, daya upaya kita tidaklah seberapa. Mau tidak mau kita diminta sabar menerima dan ikhlas.

Ramadhan pertama kami sebagai suami istri kami lalui dengan khidmat. Biasanya saya makan sahur tinggal makan. Tapi kali ini, dengan hati yang penuh saya bangun lebih awal untuk menyiapkan makan sahur untuk saya dan suami.

Meski saat ini fisik saya tidak seperti dulu, mudah lelah dan nafas terengah. Tidak bisa banyak-banyak baca lembar Qur'an sekaligus. Tapi tetap berusaha memaknai Ramadhan kali ini seperti sebagaimana Ramadhan pada biasanya.

Sebenarnya saya tinggal disebuah kost yang cukup bagus yang berlokasi di perbatasan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Fasilitasnya lengkap sekali. Lemari, tempat tidur, AC, bahkan disediakan air minum, juga ruangan kamar yang luas, bersih dan nyaman.
Jujur, saya nyaman sekali disini. Bahkan kenyamanannya melebihi saya nyaman di kamar gadis saya, hehe. Tapi sayang disini tidak bisa masak, tidak disediakan dapur umum, hehe. Karena dulu saya juga ngantor, gak akan sempet masak, jadi gak masalah gaada dapur. Tapi kehendak lain terjadi saya harus resign.
Akhirnya saya nyolong-nyolong masak menggunakan kompor listrik. Setiap seminggu sekali mama saya memberikan saya lauk dan sayur matang. Lumayan bisa untuk memanaskan sayur, dan lauk. Saya juga jadi rajin masak, hampir setiap hari saya masak masakan sederhana, apalagi selama Covid-19 mewabah.

Covid-19 memberikan kecemasan sendiri untuk saya. Disaat saya mulai nyaman tinggal bersama suami saya. Disaat saya sudah tidak home sick. Wabah Covid-19 mendatangkan kekhawatiran dan kegelisahan baru untuk saya.

Suami saya selalu menerima masakan apapun yang saya masak dan suguhkan. Kadang-kadang dia bilang "kita prihatin banget ya", saya cuma balas dengan "hehe, lagian bosen grabfood terus".
Iya, tujuan saya masak pastinya supaya bisa lebih hemat dan bisa makan lebih bersih. Biasanya kalau gak masak saya grabfood dan atau beli lauk di warteg. Seminggu sekali saya minta tolong mama saya buatkan ayam ungkep supaya bisa saya goreng. Saya gak berani masak daging mentah menggunakan kompor listrik. Takut gak mateng, dan membahayakan saya dan kandunqgan saya. Kadang, kita makan cuma pake sayur dengan lauk telur dadar. Kadang cuma tumis sayur, tahu dan tempe. Karena saya pusing, gatau harus masak apa dengan mengandalkan kompor listrik itu. Pernah masak semur hati ayam. Dan masaknya lamaaaa banget. Takut gak mateng. Dan itu melelahkan sekali. Tapi saya terharu, suami saya tetep makan dan gak mengeluh. Tapi, seminggu sekali kita grabfood makanan daging sapi. Karena saya butuh protein dan daging merah juga.

Sebenarnya, suami saya gak nyuruh dan gak neken saya untuk pusing-pusing berhemat. Dia bilang, "aku percaya kamu gak boros, gausah bikin pusing diri sendiri sih, orang uangnya ada". Tapi emang saya sendiri yang maunya pusing hehe. Hikmahnya, saya masak. Uang jatah makan kita berdua sisah masih bisa untuk belanja sabun, detergen, buah-buahan, susu, cemilan.
Lagian anggaran kita gak cuma untuk makan. Kita harus periksa kandungan dan beli vitamin.
Covid-19 benar-benar membuat saya pusing. Karena industri perfilman stuck dan yaudah, karena banyak projek suami yang mandek, uang pencairan juga seret, kita makan dan bayar sewa tempat tinggal menggunakan uang tabungan yang seharusnya untuk hal lain yang penting juga untuk kedepan.

Bukan saya mau mengeluh disini. Tapi begini kenyataannya. Setiap hari saya berdoa didalam hati. Semoga semua ini cepat berlalu. Saya mengkhawatirkan banyak hal, terutama anak yang saya kandung sebentar lagi akan lahir. Duh, saya emang sering overthinking.

Lebaran pertama saya dan suami saya jalani dengan lapang hati. Saya masih bisa kumpul dengan orang tua dan keluarga saya. Sebenarnya ada yang lebih sedih hatinya, saya tau, suami saya sedih gak bisa lebaran dan pulang kekeluarganya. Tapi dia stay cool. Dia gak mau nunjukin kekecewaannya. Dia bilang kalau saya juga rumah bagi dia. Jadi lebaran kali ini tetap tidak kehilangan makna meski dia gabisa pulang kerumah orang tuanya.

Kadang saya merasa, kalau saya udah yang paling pusing mikirin semuanya. Mulai dari keuangan, pusing mau masak apa, dll. Tapi disisi lain, sebenarnya suami saya pun banyak sekali pengorbanannya untuk saya dan calon anaknya didalam perut saya. Dia gak pernah belanja lagi kayak dulu dia suka belanja baju-baju di mall, sekarang, semua perhatian dia buat saya dan calon anaknya. Beli makanan, beli obat, beli vitamin, beli cemilan. Meski sekarang dia lebih mikirin orang lain (istri dan calon anaknya) bukan dirinya sendiri lagi. Tapi dia tetep stay cool. Dia selalu terlihat enjoy-enjoy aja, dan sangat bertanggung jawab.

Sesekali dia suntuk, dan mengeluh. Kesel, karena bosan tidak ada kegiatan. Tapi, hebatnya, gak berlarut. Dia bisa dengan cepat menstabilkan emosinya. Kalau saya sih. Ada gak ada Covid-19 kerjaan saya tetep banyak, cuci baju, nyetrika, bersih-bersih, masak. Itu semua udah bikin saya setiap hari full rasanya dan capek. Karena hamil ini membuat saya gampang capek.

Dimasa sulit ini. Saya merasa jadi lebih dekat dengan suami saya. Setiap hari dari bangun tidur sampai tidur lagi saya sama dia. Setiap hari kita berusaha untuk semangat. Saya kadang gak bisa nahan buat gak galau. Tapi kadang saya berusaha buat nguatin, dan kita saling nyemangatin. Sering banget meluk dan cium dia. Haha. Karena saya sering merasa kesepian. Kangen hidup saya yang dulu, banyak teman dan bercanda sama teman-teman. Sekarang setiap hari cuma ada dia didekat saya.
Setiap mau tidur saya maunya pegang tangan dia. Ada untungnya ngekost ditempat ini. Karena saya nyaman disini hehehe. Jadi dirumah sepanjang hari juga gapapa, jadi gak rugi kan bayar mahal, wkwk.

Saya udah gak home sick seperti cerita di tulisan sebelumnya. Rasanya pengen bareng terus sama suami saya. Udah nyaman tinggal berdua sama dia. Disisi lain, juga gak pernah mau ngebiarin dia sendiri. Jadi maunya bareng terus.

Saya berdoa setiap hari supaya saya bisa melahirkan secara normal. Sehat. Dan lancar. Saya olahraga dikit-dikit. Juga yang awalnya saya mengeluh cuci baju manual (awalnya waktu masih ngantor saya laundry). Sekarang saya menikmati setiap mencuci baju, karena bisa melatih fisik saya. Saya niatin aja itu olahraga. Saya juga rajin bersihin kamar mandi, nyapu, ngepel. Semuanya diniatin olahraga. Selain itu saya liat senam hamil di YouTube. Belajar pernapasan. Banyak baca informasi kebidanan.

Awalnya saya takut melahirkan. Kadang suka random nangis, karena takut. Makin kesini takutnya makin menipis. Yang saya takut justru ketika sudah waktunya nanti ada kendala yang mengharuskan saya dirujuk ke rumah sakit dan harus dilakukan operasi.
Saya gak mau. Kasian suami saya harus keluar uang puluhan juta dimasa sulit seperti ini. Lagi-lagi saya harus berdamai dengan rasa takut saya. Dan saya harus tetap tenang dan berpasrah. Doain ya semuanya lancar, sehat. Aamiin

Saya sudah mulai menerima peran saya sebagai seorang istri. Saya tau, saya disini untuk terus mendampingi suami saya, juga mendukung dia. Menjaga dan merawat dia dan anak-anaknya. Ditengah kegalauan saya karena wabah ini. Saya jadi terus berpikir bagaimana caranya saya bisa membantu ekonomi keluarga. Kelak saya harus mandiri dari segi ekonomi. Saya terus berpikir kira-kira mau jualan apa. Mau usaha apa. Ditengah kebuntuan. Saya mau coba dulu buka YouTube channel. Iya, sekarang giliran saya mikir apa kontennya. Meski saya emang mengharapkan penghasilan dari sana. Saya masih berusaha untuk memikirkan kontennya.

Alhamdulillah, channel YouTube tersebut bertumbuh dalam 3 Minggu terakhir ini. Makin besar harapan saya channel tersebut dapat memberikan saya penghasilan suatu saat nanti. Pengen banget bantu suami saya untuk nabung, beli rumah, beli mobil, tabungan pendidikan anak. Sembilan bulan menjadi seorang istri, saya merasa perlu mandiri dan sama-sama bergotong royong membangun rumah tangga ini. Dengan syarat saya gak mau ninggalin anak-anak saya pergi kerja. Hidup cuma sekali. Saya ingin ada disetiap tahapan hidup mereka. Semoga Allah memberikan jalan untuk niat saya. Semoga suatu saat bisa jualan, juga bisa tetap mengembangkan channel YouTube saya.

Sekarang, saya mulai menerima hidup saya sebagai istri.

Disaat perjalanan perasaan ini sampai ditahap ini. Saat ini saya harus kembali kerumah orang tua saya untuk tinggal disana.
Berat sebenarnya. Saya sudah nyaman hidup berdua dengan suami saya. Berat karena kita akan tinggal sama orang tua, dan gak sebebas kalau berdua hehe. Apalagi numpang, yakan ?
Tapi ini sudah kesepakatan kami berdua. Dan ini keputusan paling bijak untuk kita.
Selagi menanti kelahiran anak kita. Kita butuh orang tua untuk membantu  merawat bayi pertama kita nanti. Pasti banyak yang kita gak tau karena ini pengalaman pertama kita.
Selain itu, kita juga bisa hemat banyak kalau tinggal disini, heheheh.
Kita bisa banyak mempersiapkan diri untuk bisa mengejar kembali pencapaian yang banyak tertunda karena pandemi Covid-19 ini.

Meski ada unsur keluhan yang mengatas namakan pandemi.
Disisi lain saya sangat bersyukur atas hidup saya. Banyak hal yang sebenarnya terkadang membuat saya menangis karena terharu dan syukur.

Saya bahagia menikah dengan suami saya. Meski segala kekurangan yang dia miliki gak jarang bikin dongkol dan kesel. Kalaupun saya diberi kesempatan untuk kembali kemasa lalu. Saya tetap akan memilihnya sebagai suami saya.

Doa saya...
Ya Allah. Jaga selalu saya dan keluarga saya... Lingkupilah kami dengan segala kebaikan...

Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran

Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah

(essay ini saya tulis dalam memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam) Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah ( Irma Ayu Sawitri – 1113015000092 – irma.ayus13@mhs.uinjkt.ac.id ) Syura             Kata syura memiliki pengertian yang sangat beragam. Sesungguhnya istilah syura berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Pendapat yang lain mengatakan pula bahwa syura memiiki kata kerja syawara-yusyawiru  yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan untuk mengambil sesuatu. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna Syura adalah suatu proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas antara pemimpin dengan rakyat. [1]             Secara istilah penggunaan kata   syura menga