Langsung ke konten utama

Untitled #2

Sore tadi, langit cukup cerah. Seperti biasanya, aku mengendarai motorku, sendiri.
Angin berhembus, berteman debu, berkawan polusi.
Aku tersenyum.
Spontan aku mengingat, adakah kawan yang benar-benar dapat menjadi sandaran lelahku. Kawan yang benar-benar mencurahkan ketulusannya padaku.
Iya, ternyata aku hampir sampai rumah.
Tapi ingatan tersebut sepertinya asik tuk diteruskan.
Aku rindu, sahabat-sahabat.
Namun kabur, sebenarnya siapa yang benar-benar aku rindu ?
Dulu ia benar sahabatku, dekat denganku, biasa marah padaku, tak lelah mendengar ocehanku, tak kapok menjadi sandaran tangisanku.
Tapi dia sudah bahagia dengan hidupnya sendiri. Mungkin aku bukan lagi bagian penting. Karena ia pikir aku pun sudah memiliki hidupku sendiri.
Aku rindu dipanggil dengan sebutan sahabat,
Tapi apakah benar aku merindukannya ?
Apakah dia ?
Sepertinya ada jurang perbedaan diantara kita.
Apakah dia ?
Tapi kita jarang bertemu mungkin tidak pernah bertemu.
Apakah dia ?
Aku sepertinya telah berhenti berurusan dengannya.
Apakah dia ?
Sepertinya dia hanya berpura-pura mau menerimaku sebagai teman.

Tak apa, aku mengerti, topeng adalah hal yang biasa.
Mungkin bakat bagiku, dapat mencium kepura-pura-an dari sorot mata manusia.
Baiklah, ternyata sulit untuk memutuskan siapa yang aku rindu.
Cahaya matahari yang menerabas diantara dedaunan pohon dipinggir jalan, seolah melukiskan gambaran surealisme yang indah pada permukaan aspal yang abu, tertegun aku, mengapa kali ini terlihat begitu artistik ?
Dan aku terus melaju.
Jika kukeluhkan sepi. Pantaskah aku mengeluhkannya ?
Malam ini aku kembali melanjutkan essay dengan ribuan kata.
Sesekali mataku lelah menatap layar dan leherku kaku, karena sembari menengok lembaran buku-buku.
Kualihkan lelah dan rasaku pada naluriku dalam berseni. Aku melihat-lihat kembali gambar mana yang bagus untuk ku mainkan. Sayang, mungkin hampir habis gambar yang belum ku edit. Aku memang butuh gambar-gambar yang baru.
Kucari kertas dan pensil, ku corat coret.
Kemudian saat ini, kutuang melalui kata-kata.
Iya, menyalurkan rasa lelahku pada naluriku yang lain.
Apakah dengan bernyanyi ?
Atau tertawa sendiri menonton video bocah-bocah lucu.
Aku cukup terhibur sebenarnya.
Aku benar-benar terhibur dan tertawa.
Tapi,
Tetap kuakui, didalam ruang paling dalam, aku sepi.
Waktu begitu larut.
Besok, masih harus kuselesaikan ribuan kata yang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel...

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran...

ADIPATI UNUS

Sang Pangeran Sabrang Lor Pada akhir abad XV, Raden Patah, murid Sunan Bonang memaklumatkan berdirinya Kerajaan Islam Demak, lepas dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Raden Patah diakui sebagai raja pertama Demak dan mendapat gelar Sultan. Sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, Kerajaan Demak sangat berperan besar dalam proses Islamisasi pada masa itu. Kerajaan Demak berkembang sebagai   pusat perdagangan dan sebagai pusat penyebaran agama Islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban, Sedayu Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Di samping itu, Kerajaan Demak   juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan transito (penghubung).