Langsung ke konten utama

Politik Islam

Semester 7 ini menjadi semester paling melelahkan selama 7 semester aku kuliah. Pada semester ini aku harus menjalankan 22 SKS dengan 8 Mata Kuliah yang semuanya perlu keseriusan (semua matkul juga harus serius sih, hehe).

Salah satu mata kuliah favorit aku pada semester ini adalah "Politik Islam". Yap, cocok banget sama keadaan Sosial Politik Indonesia sekarang, saya belajar mata Kuliah ini pada semester ini.
Menurut mu, apasih politik Islam itu ?
Apa aku akan belajar bagaimana Islam dalam berpolitik, atau belajar Politik-politik yang Islami, dll ?

Humm...
Sebelumnya, aku mau cerita soal dosen luar biasa yang membawakan mata kuliah ini.
Pak Idris Thaha, beliau dosen yang luar biasa bagi aku. Kenapa ?
Ada beberapa faktor kenapa aku suka dengan beliau dan dengan mata kuliah beliau, diantaranya, yang pertama, beliau tawadhu' sekali, aku perhatikan beberapa kali beliau dibuat kesal dengan mahasiswa, karena mahasiswa yang berbuat salah. Beliau ungkapkan kekecewaan beliau dengan tegas, tapi disisi lain beliau tidak pernah memojokkan mahasiswa dengan merendahkannya, atau membuat mahasiswa merasa paling buruk hingga terpuruk. Kedua, beliau mengajar dengan sangat totalitas, beliau mengajar dengan tujuan dan output yang jelas dan bagus, walaupun beliau memberikan tugas yang lumayan berat, yaitu essay 2000 kata setiap pertemuan, gak boleh plagiat, harus dengan sumber-sumber buku yang bagus, tapi outputnya sangat luar biasa. Aku mau gak mau jadi baca dan menganalisis sumber-sumber buku yang beliau sarankan. Aku yakin dan percaya buku yang beliau sarankan adalah buku yang baik, insyaAllah. Kemudian mau gak mau aku harus menulis, terbiasa menulis dan menghindari dari plagiarisme. Alhasil, aku jadi hafal kalau nulis footnote itu bagaimana, daftar isi bagaimana, mengutip langsung, mengutip tidak langsung bagaimana, dll.
Kamu bisa liat Profil pak Idris disini.

Sebelumnya aku memang sudah sedikit tau dengan metode penulisan. Hanya saja sekedar tau, belum mempraktikkannya, melalui mata Kuliah ini, sekarang aku lebih dari sekedar tau, tapi juga mengerti.
Menulis menjadi sangat penting buat para akademisi. Maka, bekal pengetahuan seperti ini memang menjadi penting, untuk itu, betapa aku bersyukur punya kesempatan mengikuti kelas pak Idris. Karena memang belum ada dosen yang mengajarkan serta langsung meminta mahasiswa untuk mempraktikkan penulisan yang benar selama aku kuliah.

Kemudian, mata kuliahnya, kenapa aku suka ?
Entah kenapa aku suka. Aku suka karena belajar Politik Islam ini melalui pendekatan Sejarah. Setidaknya aku tau, dan "oooh gitu, oooh gitu" refleks pikiran aku membandingkan dengan kasus atau keadaan politik yang sekarang terjadi.
Sewaktu aku sekolah, pelajaran Sejarah masuk kedaftar pelajaran yang enggak aku suka.
Selepas aku diperguruan tinggi. Aku jadi suka. Entahlah.

Nah, efeknya, mata kuliah ini menjadikan aku yang berpandangan politik "woles" haha. Kenapa woles ? Karena ternyata aku tau, kalau masalah-masalah yang terjadi sekarang itu pernah terjadi dulu bahkan lebih luar biasa masalah-masalah yang terjadi dulu.
Contohnya seperti saat perumusan Piagam Jakarta, disana juga membahas apakah yang menjadi Presiden Indonesia haruslah seorang Muslim ?
Lalu soal ternyata Rasul tidak pernah mendirikan negara, namun beliau membangun suatu peradaban. Terus soal Piagam Madinah yang sangat fenomenal, ternyata menjadi suatu gambaran bahwa Nabi menerapkan Demokrasi.
Juga, soal pertentangan Sunni dan Syi'ah, ternyata persoalan Sunni Syi'ah muncul setelah Rasul wafat, disana terjadi perdebatan mengenai siapa yang akan menjadi pengganti Nabi.
Menariknya, hadist-hadist yang diriwayatkan yang menjadi landasan orang-orang Syi'ah bahwa Imam yang pantas juga imam yang ditunjuk oleh Rasul sebagai penggantinya setelah Rasul Wafat adalah Ali bin Abi Thalib itu shahih.
Lalu aku jadi tau, ternyata disisi Soekarno dikenal sebagai Nasionalis Sekuler, tapi Soekarno sudah menuliskan suatu konsep negara yang justru tidak sekuler, atau bisa dikatakan, bahwa Soekarno masuk kedalam daftar tokoh Politik Islam versi Pak Idris, tulisan yang sangat menarik itu berjudul Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme, yang telah ditulis oleh Soekarno pada tahun 1926. Yang ternyata pemikiran tersebut memiliki kesamaan inti pada konsep Islam dan Sosialisme milik Guru Bangsa, H.O.S. Cokroaminoto.
Juga soal Imam Negara Islam Indonesia yang di eksekusi sama Soekarno karena mendirikan negara Islam di Indonesia.
Kemudian, tokoh Taqiyuddin An Nabhani pendiri HTI yang ternyata pernah diusir oleh RajaAbdullah. Karena sikap beliau yang kurang menghormati Raja dengan pura-pura tidak mendengar saat ditanya, dan justru malah menantang raja.
Disini aku jadi mikir, ternyata suatu pemikiran itu lahir dari latar belakang kondisi yang berbeda-beda, maka dari itu, penerapan suatu paham juga tidak bisa sembarang dapat dipaksakan dimana kita hidup. Setiap buku-buku yang menjelaskan tokoh-tokoh tertentu atau justru buku dari tokoh itu sendiri pasti menceritakan latar belakang kondisi dimana para tokoh tersebut berada. humm

Aku agak sedih saat matakuliah terakhir selesai. Tapi lega juga karena aku terbebas dari essay 2000 kata yang selalu bergentayangan setiap hari, hiks.
Pak Idris menutup perkuliahan dengan informasi mengenai UAS dan permohonan maaf beliau, dan aku akan merindukan beliau saat beliau memberikan penjelasan didepan kelas.

Saya juga mohon maaf pak, terkadang saya malas kerjakan tugas bapak. Karena pikiran saya bercabang banyak karena banyak juga tugas-tugas yang lain.
Sebenarnya saya tau cara penulisan yang benar. Tapi kadang saya malas pak, maaf pak, dan sering mengambil jalan cepat dengan mengetik saja apa yang ada dibuku tanpa saya bahasakan lagi, hehehe. Tapi diantara seluruh essay saya, banyak kok pak yang saya kerjakan dengan sungguh-sungguh dan saya tulis dengan bahasa saya sendiri, karena kebetulan saya sedikit suka menulis :)

Semoga bapak dan keluarga sehat selalu, lancar rezekinya. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran

Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah

(essay ini saya tulis dalam memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam) Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah ( Irma Ayu Sawitri – 1113015000092 – irma.ayus13@mhs.uinjkt.ac.id ) Syura             Kata syura memiliki pengertian yang sangat beragam. Sesungguhnya istilah syura berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Pendapat yang lain mengatakan pula bahwa syura memiiki kata kerja syawara-yusyawiru  yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan untuk mengambil sesuatu. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna Syura adalah suatu proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas antara pemimpin dengan rakyat. [1]             Secara istilah penggunaan kata   syura menga