Langsung ke konten utama

How to be a 'Saleha' ?

Hai...
Aku tau, sekarang ini 'blog' udah kalah pamor. Aku tau, saat ini 'vlog' yang lebih digandrungi banyak orang. Aku juga suka dan hobi kok menonton video orang di YouTube. Karena dengan video kita gak perlu capek-capek membaca, dll. Kita justru lebih terhibur dengan Informasi yang disampaikan secara visual dan suara, berbeda sekali sensasinya apabila hanya dalam bentuk literatur ?
Aku juga sebenernya ingin sekali membuat video dan aku unggah ke YouTube.
Tapi, ada banyak sebab yang membuatku belum mau membuat 'Vlog' atau apapun dalam bentuk Video dan aku unggah ke YouTube. Tapi, InsyaAllah. Suatu saat aku pasti membuatnya !

Pada cerita kali ini aku beri judul "How to be a Saleha"
Hmm,, semua orang pasti bisa mengartikan apa itu Saleh/Saleha ?
Aku tidak akan menjelaskan arti Saleh/Saleha dalam perspektif Al-Qur'an, asal-usul kata, atau apapun. Tapi ingin berbagi pandangan melalui perspektifku sendiri.

Kata 'Saleh' kalau menurut aplikasi KBBI yang ada di smart phone aku adalah :


Yak, dari pengertian diatas, secara bahasa Indonesia kita bisa tau apa arti dari kata "Saleh".

Dan, kalau menurut aku, "Saleh" itu cuma sekedar penilaian baik atau tidak baik melalui pendekatan reigius-_- wkwk (ngomong apaan sih Ir), dan kata "Saleh" pada zaman modern ini telah memiliki 'Gengsi' tersendiri.
Kenapa Gengsi ?
Iya, karena kadang kita lupa, sebenernya tujuan menjadi Saleh/ah itu apa ?
Kenapa kita bisa menilai orang lain itu Saleh/ah ?
Kenapa kita bisa menilai orang lain itu tidak Saleh/ah ?
Kenapa kita bisa menilai orang lain itu Saleh/ah, tapi ada buntut "Tapi" dibelakang penilaian tersebut ?

Contohnya,
A : Aku harus berpakaian rapih, menutup aurat, agar aku berbeda dengan perempuan lain yang tidak menutup aurat. Agar orang dapat mengenali aku sebagai perempuan yang lebih Salehah dari pada mereka-mereka yang tidak berkerudung. Karena perempuan yang tidak menutup aurat tidak akan mencium surga.

Pada kasus A, orang tersebut telah memandang orang lain sebelah mata hanya karena suatu pakaian yang dia pikir hal tersebut adalah bentuk 'taat'. Menurut aku, hal tersebut seharusnya tidak terjadi. Bukan karena kamu mengenakan kerudung, dll. Tapi niat hati yang tidak seharusnya, karena kita melaksanakan segala perintah agama bukan untuk penilaian manusia. Dan Over Confidence, kita tidak pernah tau, apakah Tuhan menerima kita atau tidak. Meski benar dalam Kitab Suci Ummat Islam dikatakan bahwa perempuan yang berpakaian tetapi seperti telanjang tidak akan mencium harum Surga. Tapi, siapa yang tau ? Tidak ada yang tau Tuhan menyukai kebaikan mana yang dimiliki dan dilakukan setiap orang.

B : Si X rajin Ibadah ya. Dia Salehah sekali. Rajin solat, rajin membaca Al-Qur'an, santun kepada sesama, ramah, murah senyum, menghormati orang tua, suka menolong, tidak sombong, rendah hati sekali.

Yak, kita bebas menilai siapa saja dengan Saleh/ah. Kamu pasti sepakat, pada suatu kriteria tertentu, kita semua setuju bahwa seseorang itu Saleh/ah. Hal tersebut sah-sah saja. Dan akan lebih baik lagi jika kita belajar melakukan kebaikan-kebaikan yang dilakukan si X.

C : Si Y itu tidak malu ya. Perempuan, sering pulang malam, sering terlihat berduaan dengan laki-laki. Berbeda dengan si X, yang Salehah.
(Padahal, si Y pulang kerja malam, dan dia diantar dengan teman laki-lakinya karena dia takut kalau pulang sendiri. Y memang belum mau menutup aurat seperti X, tapi Y rajin solat tepat waktu, dan ia sudah memiliki niat untuk mengenakan kerudung untuk menutup auratnya)

Tuhkan, kita gak pernah tau. Kita kerap terjebak dengan prasangka kita sendiri. Hiks.
Aku juga sering kok berprasangka buruk, aku suka berprasangka bahwa orang lain itu tidak bisa mengerti aku dan hanya bisa menyalahkan aku, aku berprasangka bahwa orang-orang hanya bisa menyakiti hati aku, tapi kita tidak pernah tau, kebaikan apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku disisi aku merasa sakit hati. Dan sering kali kita tidak sadar akan suatu kebaikan hanya karena 'prasangka'.

D : Si Z cantik, Salehah, baik, pintar. Sempurna sekali, tapi kok dia suka pamer-pamer di sosial media ya ? Mau banget apa orang lain tau kalau dia baik ?

Nah kannn, kalau kamu ingin menilai seseorang itu Saleh/ah yang tulus ya... Jangan ada tapi dibelakangnya, atau mendingan sekalian gak usah menilai dia Saleh/ah, karena sejatinya orang-orang yang benar Saleh/ah itu gak membutuhkan penilaian tersebut loh dimata manusia. Kalau aku pribadi jujur aja gak gampang menilai orang begini-begitu. Huff... Aku biasa aja kecuali benar-benar berdialog sama dia, ngobrol sama dia, tau bagaimana dia, dll. Juga kamu-kamu yang dinilai miring sama orang lain, jangan berkecil hatilah, kan orang lain tidak tau apa saja yang kita lakukan. Asal itu tadi, lakukan segala kebaikan karena Tuhan, bukan karena Manusia.
Aku juga sering kok dinilai begini-begitu, aku juga orangnya baperan banget, tapi kalau aku pikir-pikir buat apa aku kesal, karena kita tidak akan bisa mengarahkan semua orang sesuai dengan kehendak kita. Kita juga tidak bisa mengendalikan opini orang-orang. So, sometimes you feel better to be an apatheti.

Semua orang mau kok menjadi Saleh/ah. Siapa yang gak mau coba ?
Termasuk aku dan aku sering bertanya kepada orang lain, bagaimana sih menjadi seorang Salehah ?
Perhatikan chat box dibawah ini...
Oke Abaikan Yang ini

Nah,,, kamu bisa baca sendiri dari chat box diatas, simpel banget ya kalau mau jadi Saleh/ah, tapi semua hal-hal diatas pasti sulit untuk dijalankan. hemmm
Tidak ada yang mudah dan enak kalau kamu ingin mendapatkan pencapaian yang sempurna.

Chat diatas aku sedang chating dengan teman seumuran aku, dia seorang laki-laki, dan penghapal Al-Qur'an. Dia salah satu teman baikku, tapi jomblo ngenes wkwk.

Sebenarnya ini bukan kali pertama aku bertanya "Gimana sih, caranya biar jadi solehah ?"
Aku sudah bertanya pada orang yang berbeda sebelumnya. Dan ada jawaban yang sama, yaitu 'Solat'. Solat menjadi yang utama banget, perbaiki Solat 5 waktu dulu kalau kamu belum bisa konsisten untuk menunaikan solat-solat sunnah.

Hemm, apa aku sudah Salehah ? Apa dengan menulis ini aku sudah baik Solatnya ? Apa dengan menulis ini aku ingin dinilai Salehah ? Apa dengan menulis ini aku ingin berdakwah ?

T I D A K !
Aku belum salehah,
Aku masih sering lalai dalam solat,
Aku tidak perlu dinilai salehah. Terserah kalian mau menilai aku apa, perempuan laknat (ini serem amat-_-), centillah, genitlah, jahatlah, atau apapun, terserah. Karena hanya menjadi sia-sia jika aku menjelaskan bagaimana diriku sebenarnya kesemua orang. Tah, aku pun perlu penilaian orang lain, sebagai bahan koreksi terhadap diri. Dan aku bukan pendakwah !! Aku berkuliah di Fakultas Ilmu Tarbiyah. Bukan Ilmj Dakwah. Hufff -_-

Umm,,
Jadi ?
Bagaimana caranya menjadi Salehah ?

Jawabannya adalah aku tidak bisa menjawabnya, karena aku sendiri masih jauh dari kriteria tersebut.
Aku sendiri masih harus banyak belajar.
Dan,

Aku tidak akan berhenti untuk meminta nasihat pada orang lain,
"Gimanasih, caranya biar jadi Salehah ?"

SKIP !!! wkwk






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran

Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah

(essay ini saya tulis dalam memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam) Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah ( Irma Ayu Sawitri – 1113015000092 – irma.ayus13@mhs.uinjkt.ac.id ) Syura             Kata syura memiliki pengertian yang sangat beragam. Sesungguhnya istilah syura berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Pendapat yang lain mengatakan pula bahwa syura memiiki kata kerja syawara-yusyawiru  yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan untuk mengambil sesuatu. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna Syura adalah suatu proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas antara pemimpin dengan rakyat. [1]             Secara istilah penggunaan kata   syura menga