Langsung ke konten utama

Jiwa Muda

Ah dasar anak muda. Banyak disalahkan. Banyak dihujatnya, aku sering dengar mereka kerap bilang "dasar kau masih muda pemalas", "dasar kau masih muda maunya enaknya saja", "dasar kau anak muda senangnya buat maksiat, bukan banyak beribadah". "Ah Kau anak muda, banyak maunya !"
Tapi banyak pula harapan yang di sandarkan padanya.
Mereka bilang, "anak muda penerus bangsa", "anak muda harapan masa depan cerah", "anak muda penerus cita-cita mulia". "Anak muda saat-saat semuanya terasa bahagia"
Anak muda, sosok yang katanya kaya akan mimpi-mimpi. Mimpi-mimpi yang mana ?
Kita semua pernah punya mimpi. Tapi tetaplah anak muda yang di katakan harus terus bermimpi. Mimpi yang mana lagi ?
Kau haruskan kami untuk bermimpi atau sekedar untuk berandai-andai ?
Iya, jiwa muda.
Begini rasanya menjadi muda. Penuh semangat yang menderu sampai lupa bahwa besok bisa saja kita mati. Banyak berharap, harapan tinggi yang tiada terukur, bangun pagi karena harapan, tidur nyenyak karena suatu harapan, hingga terkadang bingung, pada apa dan siapa harapan tersebut tertuju. Penuh rasa ingin taunya, haus akan segala hal yang dapat legakan dahaga ketidak tahuan, sampai menjadi gamang, aku benar ? Atau salah ?
Menjadi Muda...
Aku belum pernah tua. Aku masih muda. Entah aku memiliki kedewasaan seberapa besar, juga sikap kanak-kanak seberapa besar.
Dan aku tidak mengerti bagaimana perbandingannya menjadi tua dan muda.
Namun, agaknya teman-teman muda pun setuju. Bahwa menjadi orang Muda, jiwanya identik dengan Ego. Apa yang menjadi ambisinya samar-samar adalah sama dengan egonya.
Aku mengaku bahwa aku membela egoku. Tak usah dulu bahas baik dan buruk. Dosa atau pahala. Tapi aku akan tetap membela egoku. Masalah benar atau salah biar menjadi urusan sejauh mana pribadiku menilai baik dan buruk.
Iya,
Selagi aku muda. Aku tidak akan mudah mengalah. Tetap akan aku cari apa yang aku 'mau' sampai benar-benar aku genggam apa yang aku 'mau'.
Entah Ego itu berisi mimpi, cita-cita, ambisi, atau apapun yang dapat kau sebut.
Jangan paksa aku mengalah dulu.
Aku masih muda. Biarkan aku cari apa yang aku mau dengan caraku sendiri. Biarkan aku regup bahagia dengan menggenggam apa yang aku 'mau'.
Meski sebenarnya aku sadar bahwa semua rasa hanya sementara.
Dan menjadi muda juga hanya sementara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran

Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah

(essay ini saya tulis dalam memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam) Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah ( Irma Ayu Sawitri – 1113015000092 – irma.ayus13@mhs.uinjkt.ac.id ) Syura             Kata syura memiliki pengertian yang sangat beragam. Sesungguhnya istilah syura berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Pendapat yang lain mengatakan pula bahwa syura memiiki kata kerja syawara-yusyawiru  yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan untuk mengambil sesuatu. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna Syura adalah suatu proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas antara pemimpin dengan rakyat. [1]             Secara istilah penggunaan kata   syura menga