Ada quote mainstream yang dilontarkan oleh sosok luar biasa di Indonesia. Ialah Bung Karno, mengatakan "Bermimpilah setinggi langit, apabila kau terjatuh, maka kau akan terjatuh diantara bintang-bintang"
Banyak orang-orang sukses yang bertestimoni bahwa mimpilah awal langkah sukses mereka. Banyak diantara mereka yang memulainya dengan mimpi. Mimpi yang banyak. Mimpi-mimpi yang luar biasa. Mimpi-mimpi yang penuh berani. Dan mereka mengatakan bahwa mimpi-mimpi itulah yang mengantarkan langkah kaki mereka melewati halang rintang hingga mencapai suatu titik dimana mereka merasa dan puas bahwa mimpinya akhirnya terwujud.
Berbeda dengan perspektif ku. Mimpi memiliki 2 mata tajam yang dapat melukaiku dan menjadi ketakutanku. Atau dapat menjadi seuatu yang melambungkanku.
Terkadang mimpi menghempaskan jiwaku. Hempas karena pupus oleh mimpi itu sendiri.
Kerap kali mimpi yang ku pupuk dalam damainya malam-malamku justru sekejap menghancurkan pengharapanku sesaat sebelum aku siap menyadari bahwa aku pupus.
Namun, aku masih bisa berpositif.
Kekalahan bukan berarti aku payah. Mimpi yang sempat pupus tak ayal bukanlah sebagai ukuran bahwa seseorang itu payah. Karena jika aku ingin menjadi pemenang. Haruslah aku terdidik oleh kekalahan.
Terkadang luka menjadikan ku menangis layaknya anak-anak yang kecewa karena telah merusak mainannya sendiri. Tapi, kabar baiknya sebenarnya luka mendidik kita menjadi bijaksana.
Andai kau katakan bahwa aku ini bodoh karena menangis lemah, akan ku balas, bahwa yang kau katakan bodoh ini sedang dididik oleh Tuhannya. Dididik untuk keluar dari kebodohannya.
Aku yakin, bahkan jika seekor cicak menghampiri ku dan melompat kearahku hingga aku menjerit dibuatnya, itu karena kehendak Tuhan.
Maka jika ada kekecewaan yang mencekam hatiku, pastilah itu kehendak Tuhan pula.
Suatu saat kau akan hadir disisi hatiku. Menemani setiap luka-luka. Mengobati siksaan rindu menjadi tawa dan bahagia.
Bahagia yang tak pernah aku bayangkan. Karena aku lelah berandai-andai. Maka ketika aku katakan keindahan. Pastilah hal tersebut mahal nilainya bagi hidupku. Dan hanya dapat dibayar dengan syukur yang akan kita panjatkan bersama.
Jadi, jika mimpi-mimpiku akan pupus lagi sewaktu-waktu nanti. Entah saat matahari terik esok hari, atau ketika aku terbangun subuh nanti.
Jika aku akan menangis meratapi hati.
Jika aku akan bersedih karena sendiri.
Maka disana Tuhan akan Tersenyum.
Dan mensegerakan kehadiranmu untuk menghapus luka-luka dan menjadikan sumber keindahan bagi kehidupanku, hingga aku tak dapat lagi menyentuh kulitmu. Melainkan ruh kita yang akan saling berpeluk.
(Sebuah Mimpi...)
Ir......
(20/06/2016)
Komentar
Posting Komentar