Langsung ke konten utama

Lembut

Akan ada suatu hari kita akan merasa sulit. Hal tersebut wajar bukan ?
Iya, sangat wajar. Hidup memiliki siklus. Siklus yang yah, masing-masing telah kita ketahui.
Dan apabila kita sadari hal tersebut lumrah. Maka akan ada titik pada hati kita merasa bahwa akan ada hikmah dibalik semua ini.
Tapi, aku yakin, semuanya tidak semudah aku menulis kata-kata ini.
Nyatanya, aku belum pernah Tuhan beri kesulitan yang sangat berat, seberat mereka-mereka diluar sana.
Syukur, keberuntungan menempel pada pundakku. Kelaparan aku tak pernah. Kekurangan aku tak pernah. Hanya jika aku memanagenya menjadi cukup, maka segalanya akan terasa lebih.
Namun kesulitan dari sudut pandangku tetap ada. Apa itu ?
Ah, sudahlah tidak perlu aku bahas. Biarkan ia memupuk menguatkan rasa.
Aku merasa bisa jika aku sadar bahwa aku memiliki cinta yang dapat membantuku menyelesaikan persoalan.
Jikalau sahabat baikku dijaraki oleh jarak yang jauh. Tapi ia tetap sahabatku.
Sampai ia katakan "Kita jauh, tapi yakinlah, bahwa aku selalu ada dan selalu mengingatmu" rasa-rasanya hidup penuh dan lebih. Namun disisi lain, ketika ada seseorang yang aku percayakan kelembutannya hanya dapat merusak rasaku. Hancur hatiku, bagai segalanya tak ingin aku tengok. Mataku seperti menghindari warna.
Karena kepercayaanku yang ia khianati hanya menjadi luka yang mungkin tak mudah sembuh.
Tapi aku yakin, setiap kita bisa lalui tahapan-tahapan kehidupan ini.
Kalau Tuhan sengaja menciptaku sebagai makhluk yang lemah, baiklah, bagaimanapun ujian yang akan kuhadapi, mungkin aku tetap akan terlihat lemah.
Tapi terkadang aku sadar, kelembutan dan kenyamanan justru akan menguatkan. Justru akan membuatku merasa cukup dan syukur, lebih-lebih yang berlemah lembut padaku adalah kau, orang-orang yang pada setiap tatap mataku pada matamu tertanam suatu kepercayaan.
Semoga,
Sekeras apapun hidup ini.
Akan selalu ada orang-orang lembut yang menemani.
Dan,
Terkadang,
Disaat seperti ini,
Aku merindukanmu, yang akan menjadi sumber kelembutan bagiku, tempatku menenggelamkan rasaku pada kelembutan pelukmu.
Kau,
Tak tau siapa...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran

Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah

(essay ini saya tulis dalam memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam) Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah ( Irma Ayu Sawitri – 1113015000092 – irma.ayus13@mhs.uinjkt.ac.id ) Syura             Kata syura memiliki pengertian yang sangat beragam. Sesungguhnya istilah syura berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Pendapat yang lain mengatakan pula bahwa syura memiiki kata kerja syawara-yusyawiru  yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan untuk mengambil sesuatu. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna Syura adalah suatu proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas antara pemimpin dengan rakyat. [1]             Secara istilah penggunaan kata   syura menga