Ada kalanya kita takut, merasa sepi, dan tertekan. Baru saja ingin menatap pada cahaya, ada saja sekelebat ancaman ketakutan menghadang pandangan. Baru saja ingin bersiap berlari, ada saja keraguan menghambat langkah kaki.
Terkadang kita buta pada siapa yang seharusnya kita percaya. Siapa yang dapat kita dengarkan ucapannya. Siapa yang tidak perlu kita hiraukan perkataannya.
Juga terkadang kita silau akan terang. Silau akan posisi orang-orang.
Kebisingan menghalau kita untuk khusyuk mendengarkan kebijakan sang sunyi.
Silau membuat hati kita mempersilakan iri, mengkaburkan kepercayaan-kepercayaan pada kekayaan diri.
Juga terkadang kita silau akan terang. Silau akan posisi orang-orang.
Kebisingan menghalau kita untuk khusyuk mendengarkan kebijakan sang sunyi.
Silau membuat hati kita mempersilakan iri, mengkaburkan kepercayaan-kepercayaan pada kekayaan diri.
Coba kita diam sejenak,
Pejamkan mata. Dan berdiri menghadang angin.
Rasakan kegelapan itu,
Dengarkan irama angin. Khusyukan hati pada puncak ketulusan.
Pejamkan mata. Dan berdiri menghadang angin.
Rasakan kegelapan itu,
Dengarkan irama angin. Khusyukan hati pada puncak ketulusan.
Tak harus selalu kita berniat mengejar gemerlap dan terang benderang. Jika terang hanya akan membuat matamu silau dan memelihara sombong. Maka esok kau hanya akan tersesat didalam kegelapan.
Gelap juga dapat kau kagumi keindahannya.
Jika telah berhasil menemukannya, angin juga dapat kau nikmati iramanya.
Jika telah berhasil menemukannya, angin juga dapat kau nikmati iramanya.
Jika pada gelap saja kau temukan keindahan.
Jika dari angin kau dengarkan suatu alunan irama.
Nihil, jika kau tak dapat merasakan getaran bisikan Tuhan didalam bathinmu.
Jika dari angin kau dengarkan suatu alunan irama.
Nihil, jika kau tak dapat merasakan getaran bisikan Tuhan didalam bathinmu.
Iya,
Khusyu'kan hati ada puncak ketulusan.
Dan berlarilah semampumu.
Khusyu'kan hati ada puncak ketulusan.
Dan berlarilah semampumu.
(Ir.....)
26/05/16
26/05/16
Komentar
Posting Komentar