Boleh kau katakan bahwa warnaku putih.
Tapi ingat, itu katamu.
Bisa jadi aku menyimpan hitam.
Tapi ingat, itu katamu.
Bisa jadi aku menyimpan hitam.
Boleh kau katakan bahwa aku manis.
Tapi ingat lagi, itu benar-benar katamu sendiri.
Bisa jadi aku sembunyikan pahit.
Tapi ingat lagi, itu benar-benar katamu sendiri.
Bisa jadi aku sembunyikan pahit.
Berapa kali aku katakan,
Bahwa mengenalku tak cukup hanya sekali duakali pandang.
Aku menyimpan banyak luka, banyak tawa, banyak pertanyaan.
Bahkan sebenarnya aku melirikmu diam-diam. Dari sudut yang tak pernah kau sangka.
Bahwa mengenalku tak cukup hanya sekali duakali pandang.
Aku menyimpan banyak luka, banyak tawa, banyak pertanyaan.
Bahkan sebenarnya aku melirikmu diam-diam. Dari sudut yang tak pernah kau sangka.
Ketika kita mencoba memahami maksud-maksud rahasia Tuhan.
Berpikir bahwa Tuhan yang gerakkan hatimu tuk bergerak kearahku.
Bahwa Tuhan memberimu kesempatan tuk memandangku lebih dekat.
Bahwa Tuhan yang memberikan waktu pada misteri yang sulit terungkap.
Bahwa Tuhan yang menggerakkan kaki kita menelusuri jalanan mendaki yang sepi dan buntu.
Bahwa Tuhan menggodaku dengan kenyamanan sepasang pundak milikmu.
Berpikir bahwa Tuhan yang gerakkan hatimu tuk bergerak kearahku.
Bahwa Tuhan memberimu kesempatan tuk memandangku lebih dekat.
Bahwa Tuhan yang memberikan waktu pada misteri yang sulit terungkap.
Bahwa Tuhan yang menggerakkan kaki kita menelusuri jalanan mendaki yang sepi dan buntu.
Bahwa Tuhan menggodaku dengan kenyamanan sepasang pundak milikmu.
Hingga gemericik air tak terdengar lagi.
Hingga kesejukan tak teraba lagi.
Hingga kita menjauh dari kelembutan sang kabut.
Hingga kesejukan tak teraba lagi.
Hingga kita menjauh dari kelembutan sang kabut.
Aku menikmati pundakmu, dengan segala rasaku yang sekarat.
Aku menikmati kegelapan rasa yang menyesatkan arah.
Aku menikmati kegelapan rasa yang menyesatkan arah.
Esok hari teriknya matahari kembali mengeringkan rasaku.
Bukan lagi dingin dan beku.
Tapi sekarat, kering, dan pucat.
Bukan maksud ingin mengusirmu.
Ternyata rasaku hanya terlalu haus pada kelembutan rasa yang baru.
Bukan lagi dingin dan beku.
Tapi sekarat, kering, dan pucat.
Bukan maksud ingin mengusirmu.
Ternyata rasaku hanya terlalu haus pada kelembutan rasa yang baru.
Hingga matahari bergulir.
Membangunkanku pada titik paling gelap.
Dimana hatiku kembali terguyur oleh kalimat-kalimat taubat.
Membangunkanku pada titik paling gelap.
Dimana hatiku kembali terguyur oleh kalimat-kalimat taubat.
Komentar
Posting Komentar