Pandangan, bisa dikatakan lebih dari pada melihat. Tapi tidak sedalam seperti memperhatikan.
Bagi saya, pandangan adalah istilah untuk menggambarkan suatu keadaan yang cukup melibatkan emosi, baik disengaja atau tidak. Dan secara sadar kita kerap mempersiapkan sesuatu sebelum dipandang, atau tanpa sengaja kita bertemu pandang secara kebetulan tanpa adanya persiapan.
Difilm FTV seperti yang sering kita lihat dilayar kaca, banyak sekali cerita yang diangkat berupa 'Cinta Pada Pandangan Pertama'. Hahaha. Lucu banget, dan saya bukan termasuk orang yang suka menonton sinetron, atau drama Indonesia, entah bagi saya tayangan-tayangan seperti itu tidak cukup menghibur hanya menimbulkan keprihatinan, mengingat tayangan tersebut ditonton oleh masyarakat Indonesia dari Sabang-Merauke. Saya juga sangat jarang menonton film Indonesia di Bioskop, saya selalu menonton film-film Hollywood dengan genre favorite saya tentunya, tapi kurang baik juga, karena bagaimana pun kita harus bangga dengan karya anak bangsa, hanya saja pada zaman seperti saat ini kita perlu cerdas dalam menerima informasi atau tontonan atau apapun masukan, jangan segalanya kita telan tanpa dikunyah (haha). Oke, balik lagi berbicara soal pandangan, tidak bisa dipungkiri, bahwa bisa saja Pandangan Pertama adalah sesuatu yang berkesan bagi hidup kita, karena adanya keterkaitan dengan emosi, kita sering mengklaim bahwa ada loh, Cinta pada pandangan pertama.
Tapi saya bukan orang yang mengakui keberadaannya.
Saya mengakui adanya emosi saat pandangan pertama, contoh saat pertama kali saya bertemu dengan anak-anak bimbingan belajar saya. Saat saya pertama kali bertemu teman sekelas. Saat saya pertama kali menatap abang gojek yang membantu saya. Terdapat berbagai emosi bermain disana, bukan hanya emosi bahkan pikiran pun berputar dengan arah yang berbeda-beda saat itu. Dan dengan seiring dengan berjalannya waktu, tidak semua teman yang saya kenal untuk pertama kali saat masuk sekolah atau kuliah menjadi teman dekat saya, atau bahkan sahabat saya. Tidak serta-merta abang gojek yang baik hati yang membuat saya kagum atas kebaikan hatinya menghasilan jalinan komunikasi yang intens, dll. Jadi, menurut saya, klaim tentang Cinta Pada Pandangan Pertama itu too much !
Dan dari berbagai pertemuan saya dengan teman baru, orang baru, bahkan pertemuan dengan orang lama yang sudah lama tidak berjumpa. Ada yang unik, setiap teman dekat atau sahabat saya menceritakan kembali saat pertama kali mengenal saya. Dan jawaban mereka hampir serupa, bahwa saya bukan orang yang cukup ramah saat pertama kali, bahkan saya orang yang terlihat menyebalkan. Lantas mereka pun mengakui, seiring berjalannya waktu mereka mengenal saya, bahwa saya sama sekali tidak seperti saat pertama kali dipandang dan hingga saat ini mereka bersahabat dekat dengan saya. Dan saya selalu bingung, kenapa ada istilah cinta pada pandangan pertama. Terlebih cinta adalah suatu emosi yang bukan main-main. Seperti persahabatan misalnya.
Tapi bukan berarti saya tidak mudah bergaul. Baru saja kemarin teman saya mengatakan bahwa saya orang yang mudah berbaur, dan yang mengatakan bukan teman yang cukup dekat. Tapi saya punya cara sendiri untuk dipandang.
Ketika saya membuat janji untuk bertemu dengan lawan jenis misalnya. Saya justru sengaja agar tidak terlihat menawan. Ketika perempuan lain persiapkan dirinya secantik mungkin. Saya tidak, saya akan memberikan penampilan saya yang sangat biasa. Kenapa ? Karena saya kurang suka, kalau saya memiliki teman lawan jenis (sekedar teman) dan dia mau berteman dengan saya, karena saya katakanlah 'cantik'. Menurut saya banyak sekali perempuan cantik dan banyak cara untuk terlihat cantik, dan betapa mata keranjangnya laki-laki kalau hanya menyukai perempuan dari segi fisik, tidak lagi menganalisa bagaimana kepribadiannya. Dan saya semakin bingung, kalim soal Cinta Pada Pandangan Pertama itu dari mana asalnya, sedangkan untuk menganalisis, tidak cukup dengan satu data saja.
Begitu pula yang saya lakukan terhadap teman-teman dekat juga sahabat-sahabat saya. Bukan saya pilih-pilih buktinya ada teman yang mengatakan bahwa saya mudah berbaur, tapi karena saya menganggap begitu pentingnya peran dan pengaruh teman dekat dan sahabat dalam proses sosial, terlebih pembentukan kepribadian.
Maka, gunakanlah pandangan kita sebijaksana mungkin (sok bijak banget hih -_-)
Bagi saya, pandangan adalah istilah untuk menggambarkan suatu keadaan yang cukup melibatkan emosi, baik disengaja atau tidak. Dan secara sadar kita kerap mempersiapkan sesuatu sebelum dipandang, atau tanpa sengaja kita bertemu pandang secara kebetulan tanpa adanya persiapan.
Difilm FTV seperti yang sering kita lihat dilayar kaca, banyak sekali cerita yang diangkat berupa 'Cinta Pada Pandangan Pertama'. Hahaha. Lucu banget, dan saya bukan termasuk orang yang suka menonton sinetron, atau drama Indonesia, entah bagi saya tayangan-tayangan seperti itu tidak cukup menghibur hanya menimbulkan keprihatinan, mengingat tayangan tersebut ditonton oleh masyarakat Indonesia dari Sabang-Merauke. Saya juga sangat jarang menonton film Indonesia di Bioskop, saya selalu menonton film-film Hollywood dengan genre favorite saya tentunya, tapi kurang baik juga, karena bagaimana pun kita harus bangga dengan karya anak bangsa, hanya saja pada zaman seperti saat ini kita perlu cerdas dalam menerima informasi atau tontonan atau apapun masukan, jangan segalanya kita telan tanpa dikunyah (haha). Oke, balik lagi berbicara soal pandangan, tidak bisa dipungkiri, bahwa bisa saja Pandangan Pertama adalah sesuatu yang berkesan bagi hidup kita, karena adanya keterkaitan dengan emosi, kita sering mengklaim bahwa ada loh, Cinta pada pandangan pertama.
Tapi saya bukan orang yang mengakui keberadaannya.
Saya mengakui adanya emosi saat pandangan pertama, contoh saat pertama kali saya bertemu dengan anak-anak bimbingan belajar saya. Saat saya pertama kali bertemu teman sekelas. Saat saya pertama kali menatap abang gojek yang membantu saya. Terdapat berbagai emosi bermain disana, bukan hanya emosi bahkan pikiran pun berputar dengan arah yang berbeda-beda saat itu. Dan dengan seiring dengan berjalannya waktu, tidak semua teman yang saya kenal untuk pertama kali saat masuk sekolah atau kuliah menjadi teman dekat saya, atau bahkan sahabat saya. Tidak serta-merta abang gojek yang baik hati yang membuat saya kagum atas kebaikan hatinya menghasilan jalinan komunikasi yang intens, dll. Jadi, menurut saya, klaim tentang Cinta Pada Pandangan Pertama itu too much !
Dan dari berbagai pertemuan saya dengan teman baru, orang baru, bahkan pertemuan dengan orang lama yang sudah lama tidak berjumpa. Ada yang unik, setiap teman dekat atau sahabat saya menceritakan kembali saat pertama kali mengenal saya. Dan jawaban mereka hampir serupa, bahwa saya bukan orang yang cukup ramah saat pertama kali, bahkan saya orang yang terlihat menyebalkan. Lantas mereka pun mengakui, seiring berjalannya waktu mereka mengenal saya, bahwa saya sama sekali tidak seperti saat pertama kali dipandang dan hingga saat ini mereka bersahabat dekat dengan saya. Dan saya selalu bingung, kenapa ada istilah cinta pada pandangan pertama. Terlebih cinta adalah suatu emosi yang bukan main-main. Seperti persahabatan misalnya.
Tapi bukan berarti saya tidak mudah bergaul. Baru saja kemarin teman saya mengatakan bahwa saya orang yang mudah berbaur, dan yang mengatakan bukan teman yang cukup dekat. Tapi saya punya cara sendiri untuk dipandang.
Ketika saya membuat janji untuk bertemu dengan lawan jenis misalnya. Saya justru sengaja agar tidak terlihat menawan. Ketika perempuan lain persiapkan dirinya secantik mungkin. Saya tidak, saya akan memberikan penampilan saya yang sangat biasa. Kenapa ? Karena saya kurang suka, kalau saya memiliki teman lawan jenis (sekedar teman) dan dia mau berteman dengan saya, karena saya katakanlah 'cantik'. Menurut saya banyak sekali perempuan cantik dan banyak cara untuk terlihat cantik, dan betapa mata keranjangnya laki-laki kalau hanya menyukai perempuan dari segi fisik, tidak lagi menganalisa bagaimana kepribadiannya. Dan saya semakin bingung, kalim soal Cinta Pada Pandangan Pertama itu dari mana asalnya, sedangkan untuk menganalisis, tidak cukup dengan satu data saja.
Begitu pula yang saya lakukan terhadap teman-teman dekat juga sahabat-sahabat saya. Bukan saya pilih-pilih buktinya ada teman yang mengatakan bahwa saya mudah berbaur, tapi karena saya menganggap begitu pentingnya peran dan pengaruh teman dekat dan sahabat dalam proses sosial, terlebih pembentukan kepribadian.
Maka, gunakanlah pandangan kita sebijaksana mungkin (sok bijak banget hih -_-)
Komentar
Posting Komentar