Langsung ke konten utama

Kawasan Kritis, Darurat Hutan Bakau

Kemarin, 5 Desember 2015, kita abis dari Mangrove. Pertama kita melihat-lihat mangrove dikawasan PIK (bayangin, bu, pak, jauh2 dari Ciputat ke PIK yg lokasinya 5KM dari rumah saya).
Pertama kita kekawasan ekowisata, disana hutan mangrovenya sudah rimbun, dan tanaman disana juga ternyata diolah dan dimanfaatkan.
Setelah itu kita mengunjungi dan melihat keadaan mangrove yang langsung bersentuhan dengam bibir pantai yang berada di kawasan perumahan elit PIK (Pantai Indah Kapuk) kita cukup merasa khawatir ya. Karena sadar atau tidak, kawasan perumahan elit itu berada dilokasi pesisir pantai. Dan ditepi air laut terlihat banyak sekali sampah, meski halnyang sangat biasa dengan keadaan Jakarta banyak sampah, tapi saya sendiri khawatir kalau maayarakat sendiri gak perduli, 10 tahun kedepan gatau dah itu sampah dilaut udah kayak gimana. Juga kita harus terus menanam tanaman bakau disana, kalau tanaman bakaunya tidak
dijaga, bisa-bisa Perumahan Elit Pantai Indah Kapuk ditutup karena lahannya diabrasi air laut. Kita harus benar-benar menjaga
mangrovenya kalo gak mau air laut terus mengabrasi daratan. Saya sendiri yang rumahnya tidak terlalu jauh dari kawasan tersebut, baru menyadari loh begitu keadaannya, saya tau PIK (Pantai Indah Kapuk) tapi gapernah tau dimana pantainya -____- akhirnya kemarin tau deh. Fyuh

Setelah itu kita melanjutkan perjalanan kekawasan pesisir Marunda, Tanjung Priok, Cilincing, Jakarta Utara. Kita bekerja sama dengan IMARF (Indonesian Mangrove Restoration Fooundation) untuk menanam banyak tanaman bakau, dilokasi pesisir Marunda yang kritis, dimana jarak pemukiman rakyat hanya berjarak sekitar 50m dari air laut. Dan dibutuhkan banyak tanaman bakau disana untuk menahan abrasi, karena laut akan terus mengabrasi daratan. Dan masyarakat yang bermukim disana akan terancam banjir, belum-belum saat air laut sedang pasang.
Tanaman Mangrove juga
sebagai istana atau rumah bagi banyak biota laut. Jadi, selain menahan abrasi, kita juga menyelamatkan hidup banyak biota laut disana.
Disana air lautnya sudah sangat tercemar, banyak sekali sampah, juga air laut yang berwarna hitam, serta mengandung minyak, karena disana juga dekat dengan lokasi industri, ya Tuhan, prihatin betul rasanya melihat alam yang rusak seperti itu, bisa dipastikan, hasil laut yang ditangkap dari sana sudah tidak sehat untuk dikonsumsi manusia melihat keadaan air laut yang tercemar. Kita gapernah tau ya, makan ikan dari mana, apalagi disana banyak saung-saung jual ikan bakar, dll. Padahal view disana itu kalau menurut  saya cukup menyeramkan, dan mengurangi nafsu makan. 

(Btw, seharusnya sih kita gak foto-foto riang gembira dikawasan alam yang kurang sehat ya, tapi mungkin kita kurang piknik. Hiks)
#lforl #IMARF #mangrove #lestarikanmangrove #mangroveIndonesia


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran

Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah

(essay ini saya tulis dalam memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam) Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah ( Irma Ayu Sawitri – 1113015000092 – irma.ayus13@mhs.uinjkt.ac.id ) Syura             Kata syura memiliki pengertian yang sangat beragam. Sesungguhnya istilah syura berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Pendapat yang lain mengatakan pula bahwa syura memiiki kata kerja syawara-yusyawiru  yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan untuk mengambil sesuatu. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna Syura adalah suatu proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas antara pemimpin dengan rakyat. [1]             Secara istilah penggunaan kata   syura menga