Baru saja aku sampai dirumah, didaerah Cengkareng - Jakarta Barat. Sesampainya dirumah aku langsung berdiam dikamar sederhanaku. Berbaring di ranjang pribadiku. Aku baru saja pulang dari Ciputat, tempat ku kuliah dan kost. Kebetulan besok hari libur nasional, dalam rangka PILKADA.
Beberapa hari terakhir kepala ku sering sakit. Pusing-pusing dan aku kurang tau apa sebabnya. Padahal kegiatanku sehari-hari tidak berat. Dan karena sering pusing-pusing, dan aku tidak suka untuk merasakannya, akhir-akhir ini pula aku sering konsumsi obat warung, yah sebut saja bodrex-_- karena seketika sakitnya hilang setelah mengkonsumsi obat tersebut. Disisi lain, aku sadar, tidak baik memang sering-sering konsumsi obat warung, karena obat-obat warung biasanya tergolong obat keras, apalagi ibu hamil, dilarang sekali mengkomsumsi obat-obatan tersebut, karena dapat merusak janin.
Emm, bukan itu yang ingin ku fokuskan disini. Memang kebiasaanku ya, suka bercerita out of topic hehe.
Kembali ke perjalananku pulang kerumah. Seharian ini aku diluar, aku berangkat kuliah, selesai kuliah aku diminta senior untuk membantunya dalam proses produksi di bisnis aksesorisnya. Setelah itu aku harus mengerjakan tugas yang deadline besok, harus aku kerjakan saat itu juga karena aku mengandalkan koneksi wifi yang ada. Yah, kawasan kampus, banyak wifi bertebaran dimana-mana, termasuk di masjid Fathullah pun kalau kita lagi beruntung, laptop bisa langsung terkoneksi dengan wifi disana.
Seharian tadi, aku mendengar suara geluduk bersahut-sahutan. Langin diselimuti awan tebal. Tidak terlalu terlihat cerah, namun hujan tak kunjung turun, padahal geluduk bersahut-sahutan.
Sambil mengerjakan tugas, aku mendownload film. Hiburan yang dapat mengalihkan pikiranku, juga rasa pusing-pusinh dikepalaku hehe.
Sampai tugas selesai dan kukirim. Geluduk masih bersahut-sahutan. Awan putih tebal perlahan menjadi abu-abu dan gelap. Ibuku sudah menanyakanku, kapan aku akan berangkat pulang. Ya orang tuaku memang tidak suka kalau hari sudah gelap aku masih berkeliaran diluar rumah. Tapi geluduk dan kilat makin memperlihatkan kebolehannya. Namun aku tetap harus pulang malam ini.
Sampai tugas selesai dan kukirim. Geluduk masih bersahut-sahutan. Awan putih tebal perlahan menjadi abu-abu dan gelap. Ibuku sudah menanyakanku, kapan aku akan berangkat pulang. Ya orang tuaku memang tidak suka kalau hari sudah gelap aku masih berkeliaran diluar rumah. Tapi geluduk dan kilat makin memperlihatkan kebolehannya. Namun aku tetap harus pulang malam ini.
Aku mengendarai vario biru, panjangnya perjalanan lebih kurang 25KM dari kost sampai rumah. Aku tidak mempunyai setelan jas hujan. Hanya punya potongan jaketnya saja tanpa celananya, karena celananya sobek oleh bapakku. Ranselku juga tidak dilengkapi dengan rain cover. Tak habis akal, aku bungkus plastik semua barang-barangku, mulai dari laptop, charger, handphone, dll. Khawatir mereka basah. Aset penting yang aku punyai, dan pemberian orang tua, menjadi tanggung jawabku melindungi mereka dari kerusakan karena air hujan.
Sebenarnya aku takut. Aku trauma dengan hujan lebat. Ingat lebih kurang setahun yang lalu aku menangis ditengah gelapnya awan, lebatnya hujan, kencangnya angin, dan perkasanya sang kilat. Aku harus pulang saat itu, pulang dengan masalah. Aku harus pulang meski badai yang kutempuh. Aku harus pulang kerumah, meski jarak pandangku tidak lebih dari 5m. Saat itu hujan sangat seram. Aku takut. Aku takut. Tapi aku harus pulang.
Dan aku berhasil menerobosnya dan sampai kerumah dengan selamat, bersyukur, selamat. Dihari ulang tahunku saat itu, aku dipeluk alam, dipeluk hujan. Luar biasa sekali.
Dan aku berhasil menerobosnya dan sampai kerumah dengan selamat, bersyukur, selamat. Dihari ulang tahunku saat itu, aku dipeluk alam, dipeluk hujan. Luar biasa sekali.
Tapi kali ini ketakutanku tidak terjadi. Kupikir aku akan melewati perjalanan dengan hujan. Ternyata, sepanjang perjalanan aku hanya menemui gerimis. Gerimis yang romantis. Senang sekali rasanya, tidak harus basah kuyup hujan-hujanan, karena kepalaku sedang pusing, bisa dipastikan akan menjadi tambah pusing kalau kehujanan. Tapi aku tau aku cukup kuat. Meski pusing, aku bisa mengendalikan kendaraanku selama satu jam, menempuh jarak 25km, yah tidak perlu kebut-kebutan, lagian jalanan macet, paling-paling spidometerku hanya mentok di angka 60.
Aku tau, jarak kost dengan rumahku tidak terlalu jauh. Bahkan hanya ditempuh dengan 1 jam saja. Tapi, makna 'pulang' begitu mendalam bagiku.
Aku rela hadapi resiko, demi aku bisa pulang dan istirahat dirumah. Demi hatiku yang nyaman dengan keberadaanku dirumah. Demi tidurku yang lebih nyenyak dengan tidurku dirumah.
Aku rela menempuh badai sekalipun, saat aku tau aku harus pulang. Meski ada rintangan pun tidak mungkin aku pulang kerumah orang atau aku khilaf salah memasuki pintu rumah orang lain. Aku akan bertekad harus selamat dari rintangan, dan aku bisa menginjakkan kakiku dirumah, rumah tempatku pulang.
Aku rela hadapi resiko, demi aku bisa pulang dan istirahat dirumah. Demi hatiku yang nyaman dengan keberadaanku dirumah. Demi tidurku yang lebih nyenyak dengan tidurku dirumah.
Aku rela menempuh badai sekalipun, saat aku tau aku harus pulang. Meski ada rintangan pun tidak mungkin aku pulang kerumah orang atau aku khilaf salah memasuki pintu rumah orang lain. Aku akan bertekad harus selamat dari rintangan, dan aku bisa menginjakkan kakiku dirumah, rumah tempatku pulang.
Karena setiap kita memiliki tujuan untuk pulang. Setiap kita sadar dan tau alamat untuk pulang.
Kalau aku bilang,
Alamat kemana kita akan pulang adalah takdir yang telah Tuhan lukiskan.
Kalau aku bilang,
Alamat kemana kita akan pulang adalah takdir yang telah Tuhan lukiskan.
Selasa, 8 Desember 2015.
Pukul 20.35 WIB
Pukul 20.35 WIB
Komentar
Posting Komentar