Langsung ke konten utama

MENCARI HIKMAH


Duhai malam, peluk aku dalam kenikmatan sepimu.
Panggil rasa ku untuk hadir dan berbincang dengan pucuk akalku.
Duhai malam, peluk aku dalam kehangatan heningmu.
Bangunkan batinku untuk menyapa cahaya Agung, yang terselip bersama rahasia-rahasiaku didalam bathinku.

Langkah kakiku kuyakini bukan diriku sendiri yang menentukan. Meski aku melangkah dengan segala egoku.
Ibarat kereta yang berjalan sesuai relnya.
Tak jarang temukan rel berkarat atau lepas bautnya.
Aku berlari dengan rasa yang mungkin salah. Mungkin juga benar.
Tapi aku tak tau baiknya aku melangkah kekanan atau kekiri.
Dan aku mulai mencari, mencari hikmah dari perjalanan ini.

Engkau salah satu yang berpengaruh bagiku.
Mungkinkah Tuhan yang ingin kita tuk bertemu ?
Dan mungkinkah Tuhan yang takdirkan untuk kita bersama belajar, meski berangkat dari hal yang salah.
Atau mungkinkah Tuhan yang kirimkan sayatan yang melukai hatiku juga hatimu?
Sungguh binar mata dan kulit emasmu tak dapat kuhapus dalam ingatku.
Dan aku tetap mencari, mencari hikmah diantara kau dan aku.

Kupikir pikir, sebenarnya tak ada masalah besar dalam hidup, karena Tuhan hidupkan kita untuk menghadapi segala peran dan masalah.

Mungkinkah Tuhan, yang kemudian pertemukanku dengan kau dalam hidupku yang kian hari terasa kering.
Pertemuan yang misterius, dengan alasan alasan yang lucu.
Hadirkan manis yang baru dalam hidupku.
Senyum itu, tak pernah luput dari ingatanku. Belum pernah sebelumnya aku bertemu sosok sepertimu.
Namun terlambat ku pahami, bahwa kau masalah baru bagiku.
Tapi aku tak sanggup menahan diriku dari sorot tajam matamu yang jujur. Meski dunia membencimu karena mengetahui kau pernah membuatku berlumur air mata perih.
Baiklah, mungkin aku mengerti, mungkin juga tidak.
Dan aku masih mencari, mencari hikmah antara kau dan aku.

Ini perjalanan kemarin yang aku lanjutkan.
Ini perjalanan yang belum tahu kapan dan dimana kan kutemukan muaranya.
Aku masih mencari,
Mencari hikmah diantara kita.
Hanya antara.
Kau, kau, dan aku.

(Kamis, 6 Agustus 2015)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cyclo Progynova #part1

Ehem, kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya mengonsumsi Cyclo Progynova. Saya memiliki masalah dengan hormon. Secara fisik, badan saya tidak ideal memang, tinggi saya sekitar 160cm dan berat badan 42kg. Saya sangat tau bahwa berat badan saya tidak ideal, bisa dibilang sangat kurang. Tapi apalah dikata, saya memang sulit untuk gemuk. Hehe. Saya memiliki masalah dengan siklus haid. Sejak saya sekolah, haid saya sudah tidak teratur. Kadang lancar, kadang engga. Bulan ini haid lancar, bulan depan saya bisa enggak dapat haid. Atau saya pernah mengalami darah Istihadah. Selama sebulan full saya mendapati pendarahan serupa haid, dan hal tersebut sangat meresahkan. Saya galau sekali memikirkan hukum suci saya. Memang sih, kalau lebih dari 15 hari masih ada darah. Saya dikatakan wajib beribadah dan hukumnya sama seperti saya ketika suci. Tapi bagian paling merepotkan adalah ketika saya harus memastikan bahwa saya 'bersih' dan saya harus bersih-bersih sebel

Cyclo Progynova #part2

Yak... Ini lanjutan review yang pernah aku buat tahun lalu, yaitu mengenai Cyclo Progynova. Aku memang sengaja tidak ingin menulis kelanjutannya, tapi karena ada beberapa teman yang menghubungiku untuk menanyakan lanjutan ceritanya, maka baiklah, aku akan melanjutkannya. Well, sebenarnya aku memang malas melanjutkan untuk menulis cerita tentang ini, karena aku mengalami sedikit kekecewaan, aku malah takut orang lain yang membacanya malah ikutan kecewa, wkwk. Padahal kan pengalaman kita bisa berbeda. Jadi sebenarnya aku tidak mengonsumsinya sampai 3 blister. Aku berhenti ketika blister kedua habis, dan ternyata hal tersebut berdampak kurang baik. Aku mengalami flek-flek tidak menentu kadang ada, kadang tidak ada, dengan kurun waktu yang tidak bisa ditebak, seminggu ada, seminggu hilang, dan hal tersebut berlangsung selama sekitar satu semester alias 4 bulan, kira-kira selama aku semester 7. Jadi, aku selesai mengonsumsi blister kedua itu tepat saat setelah liburan lebaran

Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah

(essay ini saya tulis dalam memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam) Syura, Ahlul Halli wal Aqdi, dan Bay’ah wal Mubayaah ( Irma Ayu Sawitri – 1113015000092 – irma.ayus13@mhs.uinjkt.ac.id ) Syura             Kata syura memiliki pengertian yang sangat beragam. Sesungguhnya istilah syura berasal dari kata sy-wa-ra, syawir yang berarti berkonsultasi, menasehati, memberi isyarat, petunjuk dan nasehat. Pendapat yang lain mengatakan pula bahwa syura memiiki kata kerja syawara-yusyawiru  yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan untuk mengambil sesuatu. Menurut Imam Syahid Hasan al-Banna Syura adalah suatu proses dalam mencari sebuah keputusan atau kesepakatan yang berdasarkan pada suara terbanyak dan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan hendaklah setiap urusan itu diserahkan kepada para ahlinya demi mewujudkan suatu hasil yang maksimal dalam rangka menjaga stabilitas antara pemimpin dengan rakyat. [1]             Secara istilah penggunaan kata   syura menga